Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebutkan Presiden ke-1 Soekarno atau Bung Karno bukan penganut sekularisme. Pasalnya, Bung Karno pada dasarnya seorang santri.
"Kalau santri diistilahkan dengan orang Islam yang menjalankan ajaran agamanya, seperti melaksanakan salat lima waktu, naik haji, puasa, dan sebagainya. Dari sudut itu Bung Karno santri," kata Mahfud dalam diskusi daring, Selasa, 18 Agustus 2020.
Menurut dia, pada masa kemerdekaan, pandangan tokoh Islam ada dua aliran. Pertama, mereka yang menginginkan Islam membentuk negara agar Islam maju seperti diwakili M Nasir. Ada pula tokoh yang berpandangan agar Islam maju harus dipisahkan dari negara, salah satunya Bung Karno.
Jejak pemikiran Bung Karno tentang Islam, kata Mahfud, bisa ditelusuri pada tulisan-tulisannya di Majalah Pandji Islam sejak 1938. Hal ini meliputi "Memudakan Pengertian Islam", "Apa Sebab Turki Memisah Agama dari Negara", "Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Udara", dan "Islam Sontoloyo".
Baca: Bingkai Musik Bung Karno dalam Catatan Sejarah
Pemikiran-pemikiran Bung Karno itu, kata dia, justru menunjukkan sifat dan semangat Presiden pertama itu dalam membangun Islam tanpa dikaitkan dengan negara. Namun, Mahfud mengatakan Bung Karno menyadari bahwa kedua pandangan itu perlu dipertemukan dan dikompromikan.
"Terjadilah dialektika, ketemu, dikompromi, jadilah Pancasila. Jadi, Bung Karno itu bukan penganut sekularisme. Tetapi, bagaimana membangun Islam di sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia, lahirlah Pancasila itu," kata dia.
Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebutkan Presiden ke-1 Soekarno atau Bung Karno bukan penganut sekularisme. Pasalnya, Bung Karno pada dasarnya seorang santri.
"Kalau santri diistilahkan dengan orang Islam yang menjalankan ajaran agamanya, seperti melaksanakan salat lima waktu, naik haji, puasa, dan sebagainya. Dari sudut itu
Bung Karno santri," kata Mahfud dalam diskusi daring, Selasa, 18 Agustus 2020.
Menurut dia, pada masa kemerdekaan, pandangan tokoh Islam ada dua aliran. Pertama, mereka yang menginginkan Islam membentuk negara agar Islam maju seperti diwakili M Nasir. Ada pula tokoh yang berpandangan agar Islam maju harus dipisahkan dari negara, salah satunya Bung Karno.
Jejak pemikiran Bung Karno tentang Islam, kata
Mahfud, bisa ditelusuri pada tulisan-tulisannya di Majalah Pandji Islam sejak 1938. Hal ini meliputi "Memudakan Pengertian Islam", "Apa Sebab Turki Memisah Agama dari Negara", "Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Udara", dan "Islam Sontoloyo".
Baca:
Bingkai Musik Bung Karno dalam Catatan Sejarah
Pemikiran-pemikiran Bung Karno itu, kata dia, justru menunjukkan sifat dan semangat Presiden pertama itu dalam membangun Islam tanpa dikaitkan dengan negara. Namun, Mahfud mengatakan Bung Karno menyadari bahwa kedua pandangan itu perlu dipertemukan dan dikompromikan.
"Terjadilah dialektika, ketemu, dikompromi, jadilah
Pancasila. Jadi, Bung Karno itu bukan penganut sekularisme. Tetapi, bagaimana membangun Islam di sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia, lahirlah Pancasila itu," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(OGI)