Jakarta: Tim riset Ratu Kalinyamat telah mengumpulkan data kelengkapan administrasi untuk pengajuan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional. Data tersebut akan diserahkan ke Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, dan diteruskan kepada pemerintah.
"Beberapa elemen masyarakat memang sudah berusaha mengajukan usulan (Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional) sejak lama, tapi karena satu dan lain hal menjadi terkendala," kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Rerie) dalam Seminar Nasional 'Penjelajahan Catatan Portugis: Rainha de Jepara alias Ratu Kalinyamat' secara daring, Rabu, 31 Maret 2021.
Rerie mengatakan usulan ini terkendala kurangnya kajian akademis dan bukti-bukti pendukung secara fisik, seperti artefak, catatan arkeologi, maupun catatan sejarah. Yayasan Bakti Lestari bersama elemen masyarakat kemudian membuat kajian terkait Ratu Kalinyamat.
"Alhamdulilah berdasarkan laporan yang disampaikan tim ahli kita berhasil menemukan dokumen-dokumen yang selama ini belum kita temukan dan tercatat dokumen-dokumen itu ditemukan di Portugal," beber dia.
Baca: Pembelajaran Tatap Muka Diminta Disiapkan dengan Matang
Catatan sejarah, kata dia, menunjukkan Ratu Kalinyamat pernah memimpin armada besar untuk menyerang Portugis. Pada 1550, dia mengirim empat ribu tentara Jepara dalam 40 kapal untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan bangsa Eropa itu.
Kemudian, Ratu Kalinyamat pernah mengirim 15 ribu prajurit Jepara dalam 300 kapal untuk menyerang Malaka pada 1573. Rerie menyebut Ratu Kalinyamat menjadi sosok perempuan yang melampaui zamannya.
"Ratu Kalinyamat bahkan sudah memiliki visi poros maritim dunia. Yang perlu kita lihat ternyata pada zamannya yang lalu, perempuan sudah diberi peran," ucap dia.
Politikus Partai Nasdem itu menuturkan penyebaran Islam di Nusantara dimulai di Demak. Di bawah kerajaan Islam itu, perempuan ikut berperan memajukan bangsa.
"Tentunya ini merupakan suatu kehormatan untuk kita semua, menunjukkan sejarah bangsa kita memberikan penghormatan dan tempat melampaui batas-batas eksklusivitas. Di sini gender sudah tak lagi jadi masalah," kata Rerie.
Jakarta: Tim riset Ratu Kalinyamat telah mengumpulkan data kelengkapan administrasi untuk pengajuan Ratu Kalinyamat sebagai
pahlawan nasional. Data tersebut akan diserahkan ke Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, dan diteruskan kepada pemerintah.
"Beberapa elemen masyarakat memang sudah berusaha mengajukan usulan (Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional) sejak lama, tapi karena satu dan lain hal menjadi terkendala," kata Wakil Ketua MPR
Lestari Moerdijat (Rerie) dalam Seminar Nasional 'Penjelajahan Catatan Portugis: Rainha de Jepara alias Ratu Kalinyamat' secara daring, Rabu, 31 Maret 2021.
Rerie mengatakan usulan ini terkendala kurangnya kajian akademis dan bukti-bukti pendukung secara fisik, seperti artefak, catatan arkeologi, maupun catatan sejarah. Yayasan Bakti Lestari bersama elemen masyarakat kemudian membuat kajian terkait Ratu Kalinyamat.
"Alhamdulilah berdasarkan laporan yang disampaikan tim ahli kita berhasil menemukan dokumen-dokumen yang selama ini belum kita temukan dan tercatat dokumen-dokumen itu ditemukan di Portugal," beber dia.
Baca:
Pembelajaran Tatap Muka Diminta Disiapkan dengan Matang
Catatan sejarah, kata dia, menunjukkan Ratu Kalinyamat pernah memimpin armada besar untuk menyerang Portugis. Pada 1550, dia mengirim empat ribu tentara Jepara dalam 40 kapal untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan bangsa Eropa itu.
Kemudian, Ratu Kalinyamat pernah mengirim 15 ribu prajurit Jepara dalam 300 kapal untuk menyerang Malaka pada 1573. Rerie menyebut Ratu Kalinyamat menjadi sosok perempuan yang melampaui zamannya.
"Ratu Kalinyamat bahkan sudah memiliki visi poros maritim dunia. Yang perlu kita lihat ternyata pada zamannya yang lalu, perempuan sudah diberi peran," ucap dia.
Politikus
Partai Nasdem itu menuturkan penyebaran Islam di Nusantara dimulai di Demak. Di bawah kerajaan Islam itu, perempuan ikut berperan memajukan bangsa.
"Tentunya ini merupakan suatu kehormatan untuk kita semua, menunjukkan sejarah bangsa kita memberikan penghormatan dan tempat melampaui batas-batas eksklusivitas. Di sini gender sudah tak lagi jadi masalah," kata Rerie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)