Jakarta: Sebanyak 50 alumnus Universitas Jember (Unej) ikut menyampaikan pernyataan sikap terkait kondisi kekinian Indonesia. Mereka menilai situasi bangsa sudah dalam tahap genting dan memprihatinkan.
"Para elite politik tak mengindahkan etika bernegara," tegas Koordinator Acara Forum Alumni Unej untuk Perubahan Bambang Asrini melalui keterangan tertulis, Minggu, 4 Februari 2024.
Puluhan alumnus Unej itu mendesak penyelenggara negara melakukan pertaubatan moral di tahun politik ini. Para pejabat diharapkan kembali menghayati dan memanifestasikan nilai-nilai keadilan Pancasila.
"Dengan mengandalkan hati nurani dan kewarasan berpikir dan bersikap, kami menyerukan sebuah gerakan pemurnian nasional sekaligus pertobatan penyelenggara negara," ucap Bambang.
Menurut Bambang, salah satu contoh pejabat yang lupa menjalankan etika dalam bernegara, yakni mendukung salah satu calon presiden-wakil presiden, namun tidak menanggalkan jabatannya. Keberpihakan itu dinilai awal mula pelanggaran konstitusi yang serius.
Diplomat Arifi Saiman menyebut sudah banyak pihak yang menyoroti pelanggaran moral pejabat dewasa ini. Salah satunya, mantan Menteri ESDM Sudirman Said.
"Sudirman Said mengingatkan agar para pemimpin memahami batas-batas kekuasaan sehingga tidak terperangkap pada tiga jebakan, yaitu jebakan popularitas yang membuat lupa diri, jebakan korupsi karena kebutuhan membiayai ongkos politik, serta jebakan penyalahgunaan kekuasaan," terang Arifi.
Dosen Universitas Indonesia (UI) Satrio Budi Adi turut menyoroti adanya fenomena diskriminasi berpendapat saat pemilu. Padahal, berekspresi merupakan hak semua pihak. Pejabat tidak boleh antikritik.
"Perbedaan pendapat merupakan tanda adanya ide atau gagasan yang sedang bergulir dan karena itu, kekuasaan semestinya tidak anti kritik," kata Satrio.
Sementara itu, Sudirman Said menilai fenomena pernyataan sikap para sivitas akademik merupakan gairah baru dalam kehidupan bangsa. Ia mengatakan para guru besar, dosen, mahasiswa dan alumni perguruan tinggi ternama Tanah Air telah menyatakan keprihatinannya atas situasi demokrasi Indonesia.
"Keberanian itu menyelamatkan bangsa kita dan menjadi energi segar bagi kekuatan moral yang mendambakan perubahan menuju situasi yang lebih baik," tutur Sudirman.
Jakarta: Sebanyak 50 alumnus
Universitas Jember (Unej) ikut menyampaikan pernyataan sikap terkait kondisi kekinian Indonesia. Mereka menilai situasi bangsa sudah dalam tahap genting dan memprihatinkan.
"Para elite politik tak mengindahkan etika bernegara," tegas Koordinator Acara Forum Alumni Unej untuk Perubahan Bambang Asrini melalui keterangan tertulis, Minggu, 4 Februari 2024.
Puluhan alumnus Unej itu mendesak penyelenggara negara melakukan pertaubatan moral di tahun politik ini. Para pejabat diharapkan kembali menghayati dan memanifestasikan nilai-nilai keadilan Pancasila.
"Dengan mengandalkan hati nurani dan kewarasan berpikir dan bersikap, kami menyerukan sebuah gerakan pemurnian nasional sekaligus pertobatan penyelenggara negara," ucap Bambang.
Menurut Bambang, salah satu contoh pejabat yang lupa menjalankan etika dalam bernegara, yakni mendukung salah satu calon presiden-wakil presiden, namun tidak menanggalkan jabatannya. Keberpihakan itu dinilai awal mula pelanggaran konstitusi yang serius.
Diplomat Arifi Saiman menyebut sudah banyak pihak yang menyoroti pelanggaran moral pejabat dewasa ini. Salah satunya, mantan Menteri ESDM Sudirman Said.
"Sudirman Said mengingatkan agar para pemimpin memahami batas-batas kekuasaan sehingga tidak terperangkap pada tiga jebakan, yaitu jebakan popularitas yang membuat lupa diri, jebakan korupsi karena kebutuhan membiayai ongkos politik, serta jebakan penyalahgunaan kekuasaan," terang Arifi.
Dosen Universitas Indonesia (UI) Satrio Budi Adi turut menyoroti adanya fenomena diskriminasi berpendapat saat
pemilu. Padahal, berekspresi merupakan hak semua pihak. Pejabat tidak boleh antikritik.
"Perbedaan pendapat merupakan tanda adanya ide atau gagasan yang sedang bergulir dan karena itu, kekuasaan semestinya tidak anti kritik," kata Satrio.
Sementara itu, Sudirman Said menilai fenomena pernyataan sikap para sivitas akademik merupakan gairah baru dalam kehidupan bangsa. Ia mengatakan para guru besar, dosen, mahasiswa dan alumni perguruan tinggi ternama Tanah Air telah menyatakan keprihatinannya atas situasi
demokrasi Indonesia.
"Keberanian itu menyelamatkan bangsa kita dan menjadi energi segar bagi kekuatan moral yang mendambakan perubahan menuju situasi yang lebih baik," tutur Sudirman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)