Jakarta: Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin Ace Hasan Syadzily menilai ijtimak ulama jilid III hanya forum pertemuan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Forum itu sarat muatan politis.
"Jelas sebuah politik akal-akalan dan ugal-ugalan yang tujuannya justru menyesatkan umat," kata Ace kepada Medcom.id, Kamis, 2 Mei 2019.
Ace menilai forum itu menjadi bagian upaya tidak mengakui kekalahan Prabowo-Sandi versi hitung cepat (quick count). Kelompok itu juga dinilai berupaya mendelegitimasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan meminta pemilu ulang, hingga mendiskualifikasi Jokowi-Ma'ruf.
"Mentalitas timses 02 yang tidak siap kalah membuat mereka kalap, tabrak kiri, tabrak kanan, termasuk menggunakan lagi manuver yang diberi label itjimak ulama," ujarnya.
Ace heran. Secara kasat mata, kubu Prabowo-Sandi berupaya mendelegitimasi KPU, tapi malah meminta KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mendiskualifikasi Jokowi.
"Ini artinya mereka merengek-rengek pada lembaga yang kredibilitasnya sedang mereka hancurkan," ucap politikus Partai Golkar itu.
Baca juga: Ijtimak Ulama III Dinilai Politis
Bagi Ace, situasi semakin membuktikan sejumlah skenario kubu Prabowo-Sandi menjelang pengumuman paslon pilpres terpilih pada 22 Mei 2019. Menurut dia, kubu Prabowo-Sandi mulanya akan meminta Bawaslu mendiskualifikasi Jokowi-Ma'ruf dengan tudingan kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif.
Sejalan dengan itu, kata Ace, kubu Prabowo-Sandi akan mengerahkan massa pendukungnya bermain 'presiden-presidenan'. Skenario ini, kata dia, mirip pilkada Kota Waringin Barat yang saat itu mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjajanto menjadi pengacara salah satu paslon.
"Dengan didiskualifikasi calon terpilih maka calon penantang yang otomatis dilantik," ungkapnya.
Skenario ini tidak akan memiliki alasan objektif. Sebab, kecurangan yang dituduhkan hanya ilusi tanpa fakta.
Ace mengingat ketika kubu Prabowo juga coba menggertak pada sengketa Pemilu 2014. Kala itu, kata Ace, kubu Prabowo mengklaim akan membawa bukti kecurangan beberapa kontainer ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Nyatanya hanya ilusi. Jangankan bukti kecurangan, mengumpulkan C1 saja plintat-plintut. Ngaku-ngaku punya real count, tempatnya tidak jelas entah di mana," tegasnya.
Sejumlah ulama menggelar forum bertajuk ijtimak ulama jilid III. Kegiatan itu dihadiri capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Salah satu hasil ijtima ulama jilid III itu meminta KPU dan Bawaslu mendiskualifikasi Jokowi-Ma'ruf dan segera melantik Prabowo-Sandi sebagai pemimpin negara. Mereka menuding telah terjadi kecurangan Pemilu.
Jakarta: Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin Ace Hasan Syadzily menilai ijtimak ulama jilid III hanya forum pertemuan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Forum itu sarat muatan politis.
"Jelas sebuah politik akal-akalan dan ugal-ugalan yang tujuannya justru menyesatkan umat," kata Ace kepada
Medcom.id, Kamis, 2 Mei 2019.
Ace menilai forum itu menjadi bagian upaya tidak mengakui kekalahan Prabowo-Sandi versi hitung cepat (
quick count). Kelompok itu juga dinilai berupaya mendelegitimasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan meminta pemilu ulang, hingga mendiskualifikasi Jokowi-Ma'ruf.
"Mentalitas timses 02 yang tidak siap kalah membuat mereka kalap, tabrak kiri, tabrak kanan, termasuk menggunakan lagi manuver yang diberi label itjimak ulama," ujarnya.
Ace heran. Secara kasat mata, kubu Prabowo-Sandi berupaya mendelegitimasi KPU, tapi malah meminta KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mendiskualifikasi Jokowi.
"Ini artinya mereka merengek-rengek pada lembaga yang kredibilitasnya sedang mereka hancurkan," ucap politikus Partai Golkar itu.
Baca juga:
Ijtimak Ulama III Dinilai Politis
Bagi Ace, situasi semakin membuktikan sejumlah skenario kubu Prabowo-Sandi menjelang pengumuman paslon pilpres terpilih pada 22 Mei 2019. Menurut dia, kubu Prabowo-Sandi mulanya akan meminta Bawaslu mendiskualifikasi Jokowi-Ma'ruf dengan tudingan kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif.
Sejalan dengan itu, kata Ace, kubu Prabowo-Sandi akan mengerahkan massa pendukungnya bermain 'presiden-presidenan'. Skenario ini, kata dia, mirip pilkada Kota Waringin Barat yang saat itu mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjajanto menjadi pengacara salah satu paslon.
"Dengan didiskualifikasi calon terpilih maka calon penantang yang otomatis dilantik," ungkapnya.
Skenario ini tidak akan memiliki alasan objektif. Sebab, kecurangan yang dituduhkan hanya ilusi tanpa fakta.
Ace mengingat ketika kubu Prabowo juga coba menggertak pada sengketa Pemilu 2014. Kala itu, kata Ace, kubu Prabowo mengklaim akan membawa bukti kecurangan beberapa kontainer ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Nyatanya hanya ilusi. Jangankan bukti kecurangan, mengumpulkan C1 saja
plintat-plintut. Ngaku-ngaku punya
real count, tempatnya tidak jelas entah di mana," tegasnya.
Sejumlah ulama menggelar forum bertajuk ijtimak ulama jilid III. Kegiatan itu dihadiri capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Salah satu hasil ijtima ulama jilid III itu meminta KPU dan Bawaslu mendiskualifikasi Jokowi-Ma'ruf dan segera melantik Prabowo-Sandi sebagai pemimpin negara. Mereka menuding telah terjadi kecurangan Pemilu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)