Presiden Joko Widodo dalam sambutannya terkait Sumpah Pemuda di Jakarta, Rabu, 28 Oktober 2020. Foto: Sekretariat Kepresidenan
Presiden Joko Widodo dalam sambutannya terkait Sumpah Pemuda di Jakarta, Rabu, 28 Oktober 2020. Foto: Sekretariat Kepresidenan

KSP: Presiden Tak Benarkan Aksi Kekerasan Terkait Teror di Prancis

Dhika Kusuma Winata • 02 November 2020 05:01
Jakarta: Kantor Staf Presiden (KSP) menegaskan Presiden Joko Widodo mengecam aksi kekerasan yang terjadi di Prancis. Presiden juga mengutuk pernyataan yang mengaitkan aksi kekerasan itu dengan agama tertentu.
 
"(Presiden) tidak membenarkan adanya pembalasan berupa aksi kekerasan," kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral Adian kepada Media Indonesia, Minggu, 1 November 2020.
 
Menurut dia, Presiden menyampaikan sikapnya terkait aksi kekerasan dan teror di Prancis dalam konferensi pers usai pertemuan dengan menteri dan organisasi keagamaan, Sabtu, 31 November 2020. Presiden tidak membenarkan kebebasan berpendapat yang menyakiti agama tertentu. 

Baca: Turki Kecam Penembakan terhadap Pendeta di Lyon Prancis
 
Presiden, kata dia, menilai kebebasan berpendapat ada batasnya dan harus menghormati berbagai keyakinan yang ada. Donny mengatakan Presiden juga tidak membenarkan pendapat yang menyinggung dibalas dengan kekerasan.
 
"Jadi tidak ada alasan untuk kemudian melakukan pembalasan dengan kekerasan atau teror. Cukup mengutuk, mengajukan keberatan secara terbuka, berkirim surat. Meskipun ada ucapan yang menyinggung suatu umat, tidak dibenarkan melakukan pembalasan berupa aksi teror," ucap dia.
 
Dia menjelaskan Kepala Negara mengajak komunitas internasional untuk membangun persatuan, solidaritas, dan kasih sayang. Hal ini diperlukan agar seluruh warga dunia bisa mengakhiri pandemi yang melanda secepat-cepatnya.
 
"Presiden menyampaikan aksi teror dengan agama itu adalah hal yang berbeda sama sekali. Agama mengajarkan hal mulia sedangkan teror merupakan aksi satanik dan itu musuh bagi seluruh agama," ucap Donny.
 
Prancis dilanda aksi kekerasan dan teror beberapa waktu erakhir. Di Kota Nice, tiga orang meninggal akibat ditikam. Rentetan teror bermula dari seorang guru dipenggal di dekat Paris setelah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada sejumlah muridnya. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut aksi kekerasan itu sebagai serangan teroris kelompok islamis.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan