Jakarta: Nilai-nilai kepahlawanan Ratu Kalinyamat diharapkan mampu membangkitkan jiwa nasionalisme bangsa. Kepahlawanan Ratu Kalinyamat diyakini menjawab tantangan bangsa di masa depan.
Ratu Kalinyamat diusulkan mendapat gelar pahlawan nasional. Kiprah Ratu Kalinyamat yang berani melawan bangsa Portugis disebut layak mendapat gelar tersebut.
"Ide menjadikan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional bermula dari sebuah paradigma berpikir historis untuk menghargai, menghormati jasa, dan perjuangan Ratu Jepara yang pemikirannya jauh mendahului zamannya," ujar Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Rerie) acara temu pakar dengan tema Ratu Kalinyamat: Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549-1579 di Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 12 September 2021.
Menurut Rerie, banyak pemikiran Ratu Kalinyamat yang relevan untuk diterapkan di Indonesia. Misalnya, ide poros maritim, yang sudah diimplementasikan di masa Ratu Kalinyamat memimpin Jepara.
"Kehadirannya saat memimpin perjuangan melawan penjajah Portugis, juga menunjukkan nilai-nilai bahwa perempuan Nusantara di masa itu memiliki peran yang sama dengan pria," ujar Rerie.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem ini mengatakan hal ini merupakan babak baru dalam memperjuangkan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional. Namun, perlu dukungan dalam sosialisasi maupun pemenuhan aspek formal sesuai amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
"Selesainya kajian sejarah ini bukan akhir dari proses, melainkan merupakan babak baru dalam memperjuangkan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional," ujar Rerie.
Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat Ratno Lukito mengatakan pihaknya sudah menemukan sumber primer terkait perlawanan terhadap Portugis. Hal itu membuktikan keberadaan Ratu Kalinyamat bukan mitos.
"Bahkan, terungkap perannya yang luar biasa hingga membuat Portugis sebagai lawan pun mengakuinya," ucap Ratno.
Baca: Bukti Ditemukan, Ratu Kalinyamat Pimpin Armada Besar Melawan Portugis
Pemerintahan Ratu Kalinyamat disebut membuat strategi pengembangan Jepara lebih diarahkan pada penguasaan sektor perdagangan dan angkatan laut. Kedua bidang ini berkembang berkat kerja sama beberapa kerajaan maritim, seperti Johor, Aceh, Maluku, Banten, dan Cirebon.
"Ratu Kalinyamat dipandang sebagai simbol keteladanan dan sumber inspirasi atas tindakan yang tidak hanya sebatas pada ide tetapi juga aksi nyata dalam melakukan perlawanan terhadap Portugis di Malaka," ucap Ratno.
Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, Sa’dullah Assa’idi, menuturkan berdasarkan delapan sumber primer dari penulis Portugis, terungkap bahwa empat kali Ratu Kalinyamat menjadi pelopor dan menggerakkan aliansi Kesultanan Muslim. Yakni, Johor, Aceh, Maluku, dan Jepara yang semuanya berkomitmen untuk mengusir Portugis dari Malaka dan Maluku.
"Berdasarkan sumber primer yang dipadu historiografi lokal itu, kami mendukung agar Ratu Kalinyamat layak mendapatkan gelar pahlawan nasional sebagai perempuan perintis antikolonialisme 1549-1579," ujar Sa'dullah.
Presiden Direktur Institute for Maritime Studies Connie Rahakundini Bakrie mengatakan Indonesia memiliki tokoh perempuan yang keberanian dan wawasannya terkait kekuatan militer dan maritim melampaui zamannya. Di bawah kepemimpinannya pada 1549-1579, ujar dia, Ratu Kalinyamat berhasil membawa Jepara ke puncak kejayaannya.
"Ratu Kalinyamat merupakan perempuan pelopor yang merintis Indonesia sebagai negeri poros maritim dunia dari abad XVI, sekaligus perintis antikolonialisme," kata Connie.
Kepala bidang Pemberdayaan Sosial, Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Deni Riyadi mengapresiasi bukti akademis kepahlawanan Ratu Kalinyamat. Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah segera menindaklanjuti hasil kajian tersebut.
"Diproses sebagai bagian dari dokumen pengajuan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional ke pemerintah pusat," ujar Deni.
Jakarta: Nilai-nilai kepahlawanan Ratu Kalinyamat diharapkan mampu membangkitkan jiwa nasionalisme bangsa. Kepahlawanan Ratu Kalinyamat diyakini menjawab tantangan bangsa di masa depan.
Ratu Kalinyamat diusulkan mendapat gelar pahlawan nasional. Kiprah Ratu Kalinyamat yang berani melawan bangsa Portugis disebut layak mendapat gelar tersebut.
"Ide menjadikan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional bermula dari sebuah paradigma berpikir historis untuk menghargai, menghormati jasa, dan perjuangan Ratu Jepara yang pemikirannya jauh mendahului zamannya," ujar Wakil Ketua MPR
Lestari Moerdijat (Rerie) acara temu pakar dengan tema Ratu Kalinyamat: Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549-1579 di Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 12 September 2021.
Menurut Rerie, banyak pemikiran Ratu Kalinyamat yang relevan untuk diterapkan di Indonesia. Misalnya, ide poros maritim, yang sudah diimplementasikan di masa Ratu Kalinyamat memimpin Jepara.
"Kehadirannya saat memimpin perjuangan melawan penjajah Portugis, juga menunjukkan nilai-nilai bahwa perempuan Nusantara di masa itu memiliki peran yang sama dengan pria," ujar Rerie.
Anggota Majelis Tinggi
Partai NasDem ini mengatakan hal ini merupakan babak baru dalam memperjuangkan Ratu Kalinyamat sebagai
pahlawan nasional. Namun, perlu dukungan dalam sosialisasi maupun pemenuhan aspek formal sesuai amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
"Selesainya kajian sejarah ini bukan akhir dari proses, melainkan merupakan babak baru dalam memperjuangkan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional," ujar Rerie.
Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat Ratno Lukito mengatakan pihaknya sudah menemukan sumber primer terkait perlawanan terhadap Portugis. Hal itu membuktikan keberadaan Ratu Kalinyamat bukan mitos.
"Bahkan, terungkap perannya yang luar biasa hingga membuat Portugis sebagai lawan pun mengakuinya," ucap Ratno.
Baca:
Bukti Ditemukan, Ratu Kalinyamat Pimpin Armada Besar Melawan Portugis
Pemerintahan Ratu Kalinyamat disebut membuat strategi pengembangan Jepara lebih diarahkan pada penguasaan sektor perdagangan dan angkatan laut. Kedua bidang ini berkembang berkat kerja sama beberapa kerajaan maritim, seperti Johor, Aceh, Maluku, Banten, dan Cirebon.
"Ratu Kalinyamat dipandang sebagai simbol keteladanan dan sumber inspirasi atas tindakan yang tidak hanya sebatas pada ide tetapi juga aksi nyata dalam melakukan perlawanan terhadap Portugis di Malaka," ucap Ratno.
Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, Sa’dullah Assa’idi, menuturkan berdasarkan delapan sumber primer dari penulis Portugis, terungkap bahwa empat kali Ratu Kalinyamat menjadi pelopor dan menggerakkan aliansi Kesultanan Muslim. Yakni, Johor, Aceh, Maluku, dan Jepara yang semuanya berkomitmen untuk mengusir Portugis dari Malaka dan Maluku.
"Berdasarkan sumber primer yang dipadu historiografi lokal itu, kami mendukung agar Ratu Kalinyamat layak mendapatkan gelar pahlawan nasional sebagai perempuan perintis antikolonialisme 1549-1579," ujar Sa'dullah.
Presiden Direktur Institute for Maritime Studies Connie Rahakundini Bakrie mengatakan Indonesia memiliki tokoh perempuan yang keberanian dan wawasannya terkait kekuatan militer dan maritim melampaui zamannya. Di bawah kepemimpinannya pada 1549-1579, ujar dia, Ratu Kalinyamat berhasil membawa Jepara ke puncak kejayaannya.
"Ratu Kalinyamat merupakan perempuan pelopor yang merintis Indonesia sebagai negeri poros maritim dunia dari abad XVI, sekaligus perintis antikolonialisme," kata Connie.
Kepala bidang Pemberdayaan Sosial, Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Deni Riyadi mengapresiasi bukti akademis kepahlawanan Ratu Kalinyamat. Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah segera menindaklanjuti hasil kajian tersebut.
"Diproses sebagai bagian dari dokumen pengajuan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional ke pemerintah pusat," ujar Deni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)