Jakarta: Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengakui peningkatan cakupan akses rumah tangga terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak masih belum signifikan. Dalam tiga tahun terakhir, cakupan air minum dan sanitasi layak hanya naik masing-masing sebesar 1,5 persen dan 2,9 persen.
"Sehingga saat ini, rumah tangga dengan akses air minum layak baru mencapai 90,7 persen. Dan akses terhadap sanitasi layak sekitar 80,2 persen,” kata Ma’ruf saat membuka Rapat Kerja Nasional III Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia 2022 dilansir Media Indonesia, Sabtu, 26 Maret 2022.
Baca: Wapres Soroti Penyebab Pendidikan Kejuruan Tidak Sinkron dengan Industri
Ma’ruf mendesak instansi terkait meningkatkan kinerjanya sehingga mencapai target yang sudah ditetapkan. Ketersediaan air minum dan sanitasi layak berkaitan dengan program pengentasan stunting di Indonesia. Saat membuka Asia International Water Week ke-2 pekan lalu, Ma’ruf menekankan tersedianya air bersih dan sanitasi bagi ibu hamil, bayi, dan balita akan berdampak 70 persen pada upaya penanganan stunting.
“Oleh karena itu, peningkatan akses air minum dan sanitasi sewajarnya menjadi prioritas dalam skema besar percepatan penurunan stunting,” jelasnya.
Prevalensi stunting di Indonesia saat ini tercatat di angka 24,4 persen. Sementara pemerintah menargetkan stunting turun hingga 14 persen pada 2024. "Artinya, sekitar dua tahun ke depan, kita harus bisa menurunkan prevalensi stunting hingga lebih dari 10 persen," ungkap Ma'ruf.
Menurut dia, permasalahan stunting mendesak untuk diatasi karena kerugian yang ditimbulkannya tidak sedikit. Terkait kualitas SDM, stunting menyebabkan penurunan kecerdasan dan kemampuan kognitif, serta terganggunya metabolisme tubuh yang akan menurunkan produktivitas di masa depan. Selain itu, berdasarkan kajian Bank Dunia, kerugian ekonomi akibat stunting dan kekurangan gizi lainnya sebesar 2-3 persen terhadap total PDB.
Jakarta: Wakil Presiden
Ma'ruf Amin mengakui peningkatan cakupan akses rumah tangga terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak masih belum signifikan. Dalam tiga tahun terakhir, cakupan air minum dan
sanitasi layak hanya naik masing-masing sebesar 1,5 persen dan 2,9 persen.
"Sehingga saat ini, rumah tangga dengan akses air minum layak baru mencapai 90,7 persen. Dan akses terhadap sanitasi layak sekitar 80,2 persen,” kata Ma’ruf saat membuka Rapat Kerja Nasional III Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia 2022 dilansir Media Indonesia, Sabtu, 26 Maret 2022.
Baca:
Wapres Soroti Penyebab Pendidikan Kejuruan Tidak Sinkron dengan Industri
Ma’ruf mendesak instansi terkait meningkatkan kinerjanya sehingga mencapai target yang sudah ditetapkan. Ketersediaan air minum dan sanitasi layak berkaitan dengan program pengentasan
stunting di Indonesia. Saat membuka Asia International Water Week ke-2 pekan lalu, Ma’ruf menekankan tersedianya air bersih dan sanitasi bagi ibu hamil, bayi, dan balita akan berdampak 70 persen pada upaya penanganan stunting.
“Oleh karena itu, peningkatan akses air minum dan sanitasi sewajarnya menjadi prioritas dalam skema besar percepatan penurunan stunting,” jelasnya.
Prevalensi stunting di Indonesia saat ini tercatat di angka 24,4 persen. Sementara pemerintah menargetkan stunting turun hingga 14 persen pada 2024. "Artinya, sekitar dua tahun ke depan, kita harus bisa menurunkan prevalensi stunting hingga lebih dari 10 persen," ungkap Ma'ruf.
Menurut dia, permasalahan stunting mendesak untuk diatasi karena kerugian yang ditimbulkannya tidak sedikit. Terkait kualitas SDM, stunting menyebabkan penurunan kecerdasan dan kemampuan kognitif, serta terganggunya metabolisme tubuh yang akan menurunkan produktivitas di masa depan. Selain itu, berdasarkan kajian Bank Dunia, kerugian ekonomi akibat stunting dan kekurangan gizi lainnya sebesar 2-3 persen terhadap total PDB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)