Pengelola akun Saracen. Foto: Metrotvnews.com/Lukman Diah Sari
Pengelola akun Saracen. Foto: Metrotvnews.com/Lukman Diah Sari

Aksi Saracen Masuk Kategori Terorisme

Wandi Yusuf • 25 Agustus 2017 14:45
medcom.id, Jakarta: Aktivis Islam Mohamad Guntur Romli mengategorikan aksi menyebar hoaks yang dilakukan kelompok Saracen tak lebih sebagai aksi terorisme. Saracen disebut sebagai teroris yang bergerak di media sosial.
 
"Apalagi konten-kontennya disebarkan dengan cyber army, teroris-teroris media sosial," kata Romli dalam kultwit yang dia lontarkan di akun Twitter @GunRomli, Jumat 25 Agustus 2017.
 
Romli membagikan sebanyak 24 twit kepada follower-nya sejak pukul 10.00 WIB. Ia menghidu jika Saracen dimanfaatkan oleh mereka yang ingin menjatuhkan lawan-lawan politik dengan menyebar fitnah, kebencian, dan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

"Membungkus hoaks seolah-olah fakta. Dan 'bohong' dibumbui rasa 'benar. Ini perlu kecerdasan yang sakit. Polisi harus ungkap 'sutradara' saracen ini," kata Romli.
 
Romli menyebut ada tiga produk yang ditawarkan Saracen, yakni kebohongan (hoaks), fitnah, dan kebencian. "Mereka mencampuradukkan dengan kritik, sinisme, dan sarkasme."
 
Kader Nahdlatul Ulama ini bahkan berani menyebut Saracen sebagai pabrik kebohongan dan kebencian yang disebarkan melalui media sosial. "Pelahapnya adalah haters dan ini bisa menjadi virus untuk orang-orang awam."
 
Ia meminta kepolisian mengungkap siapa klien Saracen. "Kalau benar medsos Saracen ini hanya penyedia jasa, polisi harus mengungkap siapa klien-klien mereka, siapa yang bayar?"
Aksi Saracen Masuk Kategori Terorisme
Tangkapan gambar dari situs Saracennews.com
 
Dikenal sejak Abad Pertengahan
 
Istilah Saracen sudah dikenal sejak Abad Pertengahan. Mengutip Romli, 'Saracen' bisa ditelusuri dari kata bahasa Arab 'Sarracen' yang berarti 'orang Timur'. Sarracen adalah sebutan peyoratif (penyempitan makna) dari orang-orang Barat/Eropa terhadap umat muslim dan Arab saat konflik di Abad Pertengahan.
 
"Ada yang bilang, 'saracen' berarti pencuri atau begal. Makanya orang Islam itu marah sekali disebut saracen," kata Romli.
 
Ia heran kenapa kelompok pelaku hoaks memakai istilah 'saracen' untuk melancarkan aksinya. "Mereka memakai istilah yang merendahkan diri," ujarnya.
 


 
Baca: TB Hasanuddin Duga Ada Tokoh Senior di Balik Grup Saracen
 
Awal pekan ini, Polri menciduk tiga pengurus Saracen. Mereka adalah MFT, 43, yang disebut berperan membidangi media dan informasi situs Saracennews.com; SRN, 32, yang berperan sebagai koordinator grup wilayah; dan JAS, 32, yang berperan sebagai ketua.
 
Kelompok Saracen ini telah eksis sejak November 2015. Mereka menggunakan beberapa sarana untuk menyebarkan ujaran kebencian berkonten SARA. Sarana yang dipakai umumnya media sosial seperti grup Facebook Saracen Cyber Team (memiliki ratusan ribu pengikut), situs Saracennews.com, dan berbagai grup lain yang menarik minat warganet untuk bergabung.
 
Total ada lebih dari dari 800.000 akun pengikut Saracen di berbagai grup media sosial. Saracen disebut mengunggah konten ujaran kebencian dan berbau SARA berdasarkan pesanan. Umumnya konten-konten yang disebarkan adalah hoaks dan mengadu domba.
 
Para pelaku menyiapkan proposal yang disebar kepada pihak yang ingin diuntungkan oleh opini hoaks mereka. Setiap proposal ditawarkan dengan harga puluhan juta rupiah.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan