“Relatif lebih baik dibanding negara lain termasuk Kanada, Swiss, Thailand, Nepal juga termasuk Inggris sehingga relatif Indonesia lebih moderat,” ujar Airlangga di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa, 11 Oktober 2022.
Menurut dia, perekonomian Indonesia secara eksternal masih mampu menghalau guncangan-guncangan yang datang dari lingkup global. Nilai tukar rupiah memang mencatatkan depresiasi hingga 6 persen, namun masih lebih kuat ketimbang pelamahan mata uang negara-negara lain.
Airlangga memerinci beberapa indikator ketahanan eksternal seperti indeks volatilitas kurs yang berada di kisaran 30,49. Kemudian, premi risiko investasi (credit default swap/CDS) Indonesia juga berada di angka 1,06.
Baca: Ini Modal Indonesia untuk Masuk Jajaran Negara Ekonomi Terbesar Dunia |
Menurut Airlangga, hal itu lebih baik dari Meksiko, Brasil, Turki dan Afrika Selatan yang sekarang terancam mengalami kebangkrutan. "Kita hanya perlu menjaga outflow dari aliran modal asing saham dan SBN yang keluar," kata dia.
Dari sisi internal, perekonomian Indonesia juga tergolong kuat karena memiliki pasar domestik yang sangat besar. Itu akan menjadi tumpuan jika nanti pasar global mengalami kelesuan.
Berpegang pada data-data tersebut, Airlangga meyakini pertumbuhan ekonomi nasional akan berada di kisaran 4,8 persen hingga 5,2 persen. Hal tersebut sesuai prediksi lembaga-lembaga ekonomi dunia.
"Tentu berbagai lembaga yang memprediksi melihat bahwa Indonesia relatif kuat," tandas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id