Jakarta: Komisi Informasi Pusat (KIP) mengungkapkan polemik soal Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Mulai dari masalah ketidaksetaraan akses hingga distribusi manfaatnya.
"Ada kekhawatiran program Tapera mungkin tidak sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan semua lapisan masyarakat terutama yang golongan ekonomi menengah ke bawah," kata Komisioner KIP Rospita Vici Paulyn di Gedung KIP, Jakarta Pusat, Rabu, 5 Juni 2024.
Rospita mengatakan program Tapera diwacanakan memotong gaji pekerja sebesar tiga persen. Nominal potongan sekecil apa pun diyakini bakal memberatkan kelompok menengah ke bawah.
"Buat pejabat dipotong Rp50 ribu atau Rp100 ribu mungkin kecil. Tapi kelompok masyarakat lain merasa itu hal besar," ujar dia.
Polemik Tapera lainnya terkait seberapa adil distribusi manfaat program tersebut. Kekhawatiran muncul lantaran sosialisasi dari pemerintah minim.
"Apakah Tapera sudah mengkaji masalah perumahan yang dihadapi masyarakat?" papar Rospita.
Selain itu, Rospita membahas keinginan calon peserta yang berencana menarik tabungannya dalam 10 hingga 15 tahun. Teknis nominal yang dicairkan masih buram.
"Berapa persen keuntungan bagi penabung? Untungnya ke mana? Apakah nilainya sama dengan saat ini? Tentu terjadi inflasi setiap tahunnya," jelas dia.
Jakarta: Komisi Informasi Pusat (KIP) mengungkapkan polemik soal
Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Mulai dari masalah ketidaksetaraan akses hingga distribusi manfaatnya.
"Ada kekhawatiran program Tapera mungkin tidak sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan semua lapisan masyarakat terutama yang golongan ekonomi menengah ke bawah," kata Komisioner KIP Rospita Vici Paulyn di Gedung KIP, Jakarta Pusat, Rabu, 5 Juni 2024.
Rospita mengatakan program Tapera diwacanakan memotong
gaji pekerja sebesar tiga persen. Nominal potongan sekecil apa pun diyakini bakal memberatkan kelompok menengah ke bawah.
"Buat pejabat dipotong Rp50 ribu atau Rp100 ribu mungkin kecil. Tapi kelompok masyarakat lain merasa itu hal besar," ujar dia.
Polemik Tapera lainnya terkait seberapa adil distribusi manfaat program tersebut. Kekhawatiran muncul lantaran sosialisasi dari pemerintah minim.
"Apakah Tapera sudah mengkaji masalah perumahan yang dihadapi masyarakat?" papar Rospita.
Selain itu, Rospita membahas keinginan calon
peserta yang berencana menarik tabungannya dalam 10 hingga 15 tahun. Teknis nominal yang dicairkan masih buram.
"Berapa persen keuntungan bagi penabung? Untungnya ke mana? Apakah nilainya sama dengan saat ini? Tentu terjadi inflasi setiap tahunnya," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)