Jakarta: Kritikan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) yang menyebut Presiden Joko Widodo The King of Lip Service dinilai tak tepat. Hal itu disebut terlalu kasar.
"Itu memang cukup sadis ya, memang berlebihan," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno dalam program Crosscheck by Medcom.id bertema Jokowi The King of Lip Service, Itu Sadis, Minggu, 4 Juli 2021.
Adi mengatakan ungkapan itu biasa dalam logika aktivis dan pedemo. Tujuannya, pesan politik yang disampaikan BEM UI sampai ke masyarakat.
"Kalau narasi politik yang disampaikan itu biasa-biasa saja, lebih baik sopannya tidak akan didengar publik," ujar Adi.
Menurut dia, penyebutan itu lumrah terjadi saat mahasiswa menyampaikan protes atas kebijakan pemerintah yang dianggap berlawanan. Ada tiga variabel yang memunculkan The King of Lip Service itu, yakni demokrasi menurun, revisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), dan pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Makanya sebutan The King of Lip Service agar pesan didengar," ujar Adi.
Baca: Presiden Diminta Tidak Banyak Mengomentari Kritikan BEM UI
Presiden sempat menanggapi kritikan BEM UI. Dia meminta kritik disampaikan dengan sopan santun.
Adi menilai langkah Jokowi itu bukan karena terbawa perasaan. Jokowi dinilai hanya ingin menyelesaikan persoalan yang ramai dibicarakan publik.
"Ada kontradiksi interminus, mengkritik tapi harus sopan santun. Tapi, saya enggak kebayang itu bagaimana mengkritik dengan sopan santun," ungkap dia.
Jakarta: Kritikan Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Indonesia (BEM UI) yang menyebut
Presiden Joko Widodo The King of Lip Service dinilai tak tepat. Hal itu disebut terlalu kasar.
"Itu memang cukup sadis ya, memang berlebihan," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno dalam program
Crosscheck by Medcom.id bertema Jokowi
The King of Lip Service, Itu Sadis, Minggu, 4 Juli 2021.
Adi mengatakan ungkapan itu biasa dalam logika aktivis dan pedemo. Tujuannya, pesan politik yang disampaikan BEM UI sampai ke masyarakat.
"Kalau narasi politik yang disampaikan itu biasa-biasa saja, lebih baik sopannya tidak akan didengar publik," ujar Adi.
Menurut dia, penyebutan itu lumrah terjadi saat mahasiswa menyampaikan protes atas kebijakan pemerintah yang dianggap berlawanan. Ada tiga variabel yang memunculkan
The King of Lip Service itu, yakni demokrasi menurun, revisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (
UU ITE), dan pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Makanya sebutan
The King of Lip Service agar pesan didengar," ujar Adi.
Baca: Presiden Diminta Tidak Banyak Mengomentari Kritikan BEM UI
Presiden sempat menanggapi kritikan BEM UI. Dia meminta kritik disampaikan dengan sopan santun.
Adi menilai langkah Jokowi itu bukan karena terbawa perasaan. Jokowi dinilai hanya ingin menyelesaikan persoalan yang ramai dibicarakan publik.
"Ada kontradiksi interminus, mengkritik tapi harus sopan santun. Tapi, saya enggak kebayang itu bagaimana mengkritik dengan sopan santun," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(AZF)