Airlanga memiliki tugas berat menyolidkan kembali kekuatan partai sepeninggal Novanto. Ia mendapatkan 'warisan' buruk saat mengambil alih kursi ketua umum Golkar.
"Dalam situasi semacam itu, konsolidasi, kaderisasi dan pembinaan tidak berjalan semestinya," kata Airlangga di Munas X Partai Golkar di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 4 Desember 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sebelum dipimpin Novanto, Golkar punya masalah dualisme partai. Masalah ini membuat Golkar tak bisa berpartisipasi di Pilkada 2015. Setelah dipimpin Novanto, badai kasus korupsi menerjang partai berlambang beringin.
Novanto bersama Sekjen Partai Golkar saat itu Idrus Marham dibui karena kasus korupsi. Elektabilitas partai merosot tajam.
"Karena pucuk pimpinan partai pun ditimpa hukum. Ketika itu Golkar menjadi bulan-bulanan media terutama berita negatif di media sosial sehingga citra dan elektabilitas Golkar merosot cukup tajam," kata Airlangga.
Airlangga mengeklaim berhasil mengembalikan kepercayaan publik. Buktinya, Golkar berhasil menempati posisi ketiga suara nasional pada Pemilu 2019.
"Ibarat kapal yang oleng (dihantam) badai besar Golkar menemukan nakhoda menyelamatkan kapal tersebut sehingga penumpang selamat sampai tujuan," pungkasnya.
(DRI)