Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kemendes PDTT Eko Sri Haryanto. Foto: Dok Kemendes PDTT.
Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kemendes PDTT Eko Sri Haryanto. Foto: Dok Kemendes PDTT.

Kemendes Tekankan Pentingnya Hilirisasi Komoditas Unggulan di Desa

Arga sumantri • 15 April 2023 13:52
Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menekankan pentingnya hilirisasi komoditas lokal di desa. Langkah ini dinilai bisa memacu pertumbuhan ekonomi.
 
“Seperti yang diterapkan di Papua melalui Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (Tekad),” kata Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kemendes PDTT Eko Sri Haryanto melalui siaran pers, Sabtu, 15 April 2023.
 
Menurut Eko, hilirisasi komoditas potensi lokal akan mampu meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat dan penyerapan tenaga kerja. Pada akhirnya, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
 
“Di dalam pelaksanaan ini ada tujuan untuk kesejahteraan masyarakat di Papua mulai dari proses dari hulu ke hilir. Karena yang terjadi ketika masyarakat bisa memproduksi, belum tentu bisa menjual,” terang Eko.
 
Baca: Mendes PDTT Ingin IKN Jadi Etalase Desa Nusantara

Ia menjelaskan komoditas yang saat ini dikembangkan adalah kopi, kakao, rumput laut, sagu, ecowisata, produk olahan kelapa, pala, dan produk olahan lainnya. Komoditas itulah yang menjadi potensi di Provinsi Papua.
 
Eko menjelaskan setidaknya ada 4.500 lowongan kerja penuh di sektor agribusiness, agroforestry dan pariwisata, serta sektor lainnya yang terbuka di Papua.  Sebanyak 22 ribu orang asli Papua yang pendapatannya tergantung dari hutan mulai mengalami peningkatan pendapatan melalui perluasan akses pasar, serta perluasan akses pembiayaan.
 
"Meningkatkan lowongan kerja dan memperbaiki sosial masyarakat ini adalah poin pentingnya," ujarnya.
 
Sebelum intervensi Green Economy Growth (GEG), kata dia, sebagian besar petani belum memiliki alat pengupas kulit biji kopi. Pengupasan biji kopi masih menggunakan cara tradisional dan dijemur di atas karung. Selain itu, belum ada off taker yang membeli dengan harga layak.
 
Namun, kata dia, setelah adanya intervensi GEG hingga 2022, teknologi penunjang pengolahan kopi pun mulai tersedia. Misalnya, adanya unit mesin pulper, gergaji pangkas, gunting pangkas dan lainnya.
 
Lalu, sebanyak 167 petani mendapatkan pelatihan business plan, olahan dan mutu pasca panen, penggunaan mesin pengupas dan perawatan tanaman kopi.  Petani kopi binaan GEGG juga telah berhasil menjual 8,5 ton kopi green bean, dan terhubung dengan 17 coffee shop. Sehingga, peningkatan ekonomi bebasis pengolahan potensi lokal dapat dilakukan.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan