Jakarta: Ilmu pengetahuan terus berkembang. Para pendidik dan guru telah diberi kebebasan dalam memberikan materi pembelajaran di kelas sehingga dapat terus memperbaharui pengetahuan.
Namun, Presiden Joko Widodo menekankan hal penting lainnya, yakni mendorong murid berpikir kritis dengan menerapkan pembelajaran yang tidak kaku dan fleksibel. Hal itu disampaikan dalam Puncak Peringatan HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah.
"Dan proses yang terpenting dalam pengajaran menurut saya saat ini adalah bagaimana proses pengajaran itu agar anak memiliki daya kritis yang baik. Sehingga fleksibilitas itu diperlukan, tidak kaku, harus fleksibel, karena ilmu yang berkembang sangat cepat sekali," ujar Jokowi, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, 3 Desember 2022.
Menurut Presiden, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan komponen penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Dia mencontohkan ada istilah artificial intelligence (kecerdasan buatan), kemudian muncul istilah big data, dan sebagainya.
"Saya kadang-kadang ini apa? Ini ada crypto currency. Kita baru belajar besok muncul crypto assets, Apa ini? Ini lah yang perlu terus di-update karena perkembangan sekarang ini berubah-ubah dan cepat sekali," terang Presiden.
Oleh karena itu, Presiden meminta para guru dan tenaga pendidik tidak mengajarkan ilmu yang tidak relevan. "Jangan sampai ilmu yang sudah usang, yang sudah 30 tahun yang lalu atau yang sudah 20 tahun yang lalu, masih kita berikan pembelajarannya kepada anak-anak kita," ucap Jokowi.
Komponen lainnya adalah mentalitas dan karakter anak. Menurut Presiden, guru mempunyai tanggung jawab membangun karakter dan mental murid. Karakter baik seperti sikap santun, jujur, budi pekerti, peduli terhadap sesama, kerja keras, dan mampu bergotong- royong penting ditanamkan kepada anak.
"Karakter kebangsaan yang kuat, karakter yang pancasilais, yang moderat, yang toleran, yang tahu mengenai bhinneka tunggal ika, ini juga sebuah keharusan," ucap Jokowi.
Komponen terakhir yang tidak kalah penting, yakni kesehatan jasmani dan mental para murid. Jokowi menilai dua hal itu sering dilupakan.
"Pola hidup sehat harus dikenalkan sejak dini. Makan sehat dan berolahraga yang cukup harus juga dibiasakan sejak dini. Jangan dilupakan masalah ini, karena tidak ada gunanya berilmu, tidak ada gunanya memiliki keterampilan yang tinggi kalau mentalnya tidak sehat, fisiknya tidak sehat, percuma," tegas Presiden.
Tubuh dan mental yang terganggu, menurut Presiden, dapat memengaruhi prestasi akademik murid. "Sakit fisik maupun sakit mental adalah pengali nol dari prestasi akademik," ucap dia.
Jakarta: Ilmu pengetahuan terus berkembang. Para pendidik dan
guru telah diberi kebebasan dalam memberikan materi pembelajaran di kelas sehingga dapat terus memperbaharui pengetahuan.
Namun, Presiden
Joko Widodo menekankan hal penting lainnya, yakni mendorong murid berpikir kritis dengan menerapkan pembelajaran yang tidak kaku dan fleksibel. Hal itu disampaikan dalam Puncak Peringatan HUT ke-77 PGRI dan
Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah.
"Dan proses yang terpenting dalam pengajaran menurut saya saat ini adalah bagaimana proses pengajaran itu agar anak memiliki daya kritis yang baik. Sehingga fleksibilitas itu diperlukan, tidak kaku, harus fleksibel, karena ilmu yang berkembang sangat cepat sekali," ujar Jokowi, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, 3 Desember 2022.
Menurut Presiden, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan komponen penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Dia mencontohkan ada istilah
artificial intelligence (kecerdasan buatan), kemudian muncul istilah big data, dan sebagainya.
"Saya kadang-kadang ini apa? Ini ada
crypto currency. Kita baru belajar besok muncul
crypto assets, Apa ini? Ini lah yang perlu terus di-
update karena perkembangan sekarang ini berubah-ubah dan cepat sekali," terang Presiden.
Oleh karena itu, Presiden meminta para guru dan tenaga pendidik tidak mengajarkan ilmu yang tidak relevan. "Jangan sampai ilmu yang sudah usang, yang sudah 30 tahun yang lalu atau yang sudah 20 tahun yang lalu, masih kita berikan pembelajarannya kepada anak-anak kita," ucap Jokowi.
Komponen lainnya adalah mentalitas dan karakter anak. Menurut Presiden, guru mempunyai tanggung jawab membangun karakter dan mental murid. Karakter baik seperti sikap santun, jujur, budi pekerti, peduli terhadap sesama, kerja keras, dan mampu bergotong- royong penting ditanamkan kepada anak.
"Karakter kebangsaan yang kuat, karakter yang pancasilais, yang moderat, yang toleran, yang tahu mengenai bhinneka tunggal ika, ini juga sebuah keharusan," ucap Jokowi.
Komponen terakhir yang tidak kalah penting, yakni kesehatan jasmani dan mental para murid. Jokowi menilai dua hal itu sering dilupakan.
"Pola hidup sehat harus dikenalkan sejak dini. Makan sehat dan berolahraga yang cukup harus juga dibiasakan sejak dini. Jangan dilupakan masalah ini, karena tidak ada gunanya berilmu, tidak ada gunanya memiliki keterampilan yang tinggi kalau mentalnya tidak sehat, fisiknya tidak sehat, percuma," tegas Presiden.
Tubuh dan mental yang terganggu, menurut Presiden, dapat memengaruhi prestasi akademik murid. "Sakit fisik maupun sakit mental adalah pengali nol dari prestasi akademik," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)