Diskusi
Diskusi "20 Tahun Reformasi: Demokrasi di Simpang Jalan di Gedung Metro TV". Foto: Medcom.id/Yogi Bayu Aji.

Reformasi Masih Jauh dari Impian

Yogi Bayu Aji • 26 April 2018 18:20
Jakarta: Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hermawan Sulistyo menilai hasil reformasi 1998 masih jauh dari impian. Pasalnya, reformasi hanya berhasil menurunkan Presiden ke-2 Soeharto.
 
"Reformasi (seharusnya) bukan sekadar ganti presiden. Itu suksesi," kata Hermawan dalam diskusi "20 Tahun Reformasi: Demokrasi di Simpang Jalan", di Gedung Metro TV, Jakarta Barat, Kamis, 26 April 2018. 
 
Menurut dia, saat Soeharto dilengserkan, susunan kabinet menteri masih tak berubah. Pemain di dunia politik juga masih sama. Era demokrasi setelah reformasi pun tak banyak mencetak pemain baru. 

"Hanya satu keberhasilan reformasi, memisahkan Polri dan TNI. Tapi, TNI masih enggan melepaskan kekuasaan. Polisi menikmati euforia," jelas dia.
 
Hermawan menjelaskan cita-cita kesejahteraan rakyat yang dilahirkan dari demokrasi setelah reformasi juga belum sepenuhnya terwujud. Itu terlihat dari masih menjamurnya perilaku koruptif di elite politik. 
 
Baca: Orba, Didambakan tapi tak Diharapkan
 
Masalah ini, kata dia, tak lepas dari fokus yang diambil Indonesia setelah reformasi. Indonesia lebih fokus pada masalah kebebasan dibandingkan kesejahteraan. Kebebasan lebih dipilih karena trauma atas 'keganasan' Orde Baru.
 
"Beda dengan Singapura, utamakan kesejahteraan baru kebebasan. Di Singapura, ada indikasi teror sedikit, ditangkap dipenjara, tanpa peradilan. Namun, keluarga (pelaku) diurusi negara," jelas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan