Jakarta: Presiden Joko Widodo atawa Jokowi tak ingin buru-buru mengumumkan siapa calon wakilnya pada Pilpres 2019. Presiden diyakini baru akan membongkar teka-teki itu pada akhir pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Tak ada yang aneh dari keputusan Jokowi itu. Lumrah saja.
"Jadwal pendaftaran (capres dan cawapres) 4-10 Agustus 2018, saya yakin nanti nama itu akan muncul di hari akhir (pendaftaran). Itu sudah jadi fatsun politik," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 17 Juli 2018.
Pram, sapaan akrabnya, mengaku tak memiliki kapasitas menyebut nama yang bakal menjadi cawapres Jokowi. Namun, ia tak menampik topik tersebut sering dibahas di lingkungan pembantu Presiden.
"Teman-teman (wartawan) sudah bisa meraba, nama-nama yang ada tentunya. Jangan sampai kemudian mengurangi elektabilitas ataupun popularitas Pak Jokowi," ucap Pram.
Berdasarkan survei internal, lanjut dia, popularitas Jokowi sangat tinggi. Alhasil, cawapresnya dapat menjadi pelengkap yang saling mengisi.
"Yang jelas data yang dimiliki di internal itu sama survei yang di luar. Kita sengaja untuk sampling lebih banyak dan hasil suvei tidak dipublikasi untuk mengetahui yang benar bagaimana, kalau di luar tidak tahu siapa yang kemudian meng-endorse," ujar dia.
Baca: PKS Bersikeras Isi Posisi Cawapres
Pram mengatakan pemilihan cawapres terus dikomunikasikan oleh seluruh partai politik pendukung Jokowi. Jokowi menyampaikan nama-nama cawapres untuk diberikan pertimbangan kepada ketua umun partai pendukung.
Jokowi sebelumnya menyebut nama cawapres sudah mengerucut menjadi lima orang. Nama-nama itu masih digodok.
Dari lima nama, Jokowi sempat mengungkapkan empat nama. Mereka adalah anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang Zainul Madji, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.
Jakarta: Presiden Joko Widodo atawa Jokowi tak ingin buru-buru mengumumkan siapa calon wakilnya pada Pilpres 2019. Presiden diyakini baru akan membongkar teka-teki itu pada akhir pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Tak ada yang aneh dari keputusan Jokowi itu. Lumrah saja.
"Jadwal pendaftaran (capres dan cawapres) 4-10 Agustus 2018, saya yakin nanti nama itu akan muncul di hari akhir (pendaftaran). Itu sudah jadi fatsun politik," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 17 Juli 2018.
Pram, sapaan akrabnya, mengaku tak memiliki kapasitas menyebut nama yang bakal menjadi cawapres Jokowi. Namun, ia tak menampik topik tersebut sering dibahas di lingkungan pembantu Presiden.
"Teman-teman (wartawan) sudah bisa meraba, nama-nama yang ada tentunya. Jangan sampai kemudian mengurangi elektabilitas ataupun popularitas Pak Jokowi," ucap Pram.
Berdasarkan survei internal, lanjut dia, popularitas Jokowi sangat tinggi. Alhasil, cawapresnya dapat menjadi pelengkap yang saling mengisi.
"Yang jelas data yang dimiliki di internal itu sama survei yang di luar. Kita sengaja untuk
sampling lebih banyak dan hasil suvei tidak dipublikasi untuk mengetahui yang benar bagaimana, kalau di luar tidak tahu siapa yang kemudian meng-
endorse," ujar dia.
Baca: PKS Bersikeras Isi Posisi Cawapres
Pram mengatakan pemilihan cawapres terus dikomunikasikan oleh seluruh partai politik pendukung Jokowi. Jokowi menyampaikan nama-nama cawapres untuk diberikan pertimbangan kepada ketua umun partai pendukung.
Jokowi sebelumnya menyebut nama cawapres sudah mengerucut menjadi lima orang. Nama-nama itu masih digodok.
Dari lima nama, Jokowi sempat mengungkapkan empat nama. Mereka adalah anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang Zainul Madji, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)