Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Pengamat Sebut Politik Pencitraan Harus Ditinggalkan, Sudah Tak Dilirik Pemilih Muda

Tri Subarkah • 21 Maret 2023 13:49
Jakarta: Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menilai pemilih muda saat ini telah bersikap kritis dan cerdas. Ini bisa dilihat dari adanya pergeseran preferensi pemilih muda terhadap calon pemimpin nasional, dari semula menyukai yang merakyat dan sederhana, menjadi jujur dan antikorupsi.
 
"Mereka tampaknya menginginkan bahwa pemimpin ke depan punya concern terhadap pemberantasan korupsi," kata Lili kepada Media Indonesia, Selasa, 21 Maret 2023.
 
Ia mengatakan penyakit korupsi telah membuat Indonesia hancur dan tidak dapat maju. Rakyat, lanjut Lili, juga jadi korban karena terus hidup dalam kemiskinan akibat pemimpin yang korup. 

Lili berpendapat, saat ini Indonesia membutuhkan pemimpin yang dapat memberantas korupsi. Bukan mengandalkan pencitraan semata.
 
"Oleh karena itu saatnya memang politik pencitraan harus ditinggalkan," ujarnya.
 
Ia pun meminta partai politik menyikapi perubahan preferensi pemilih muda terhadap calon pemimpin nasional tersebut. Terlebih, pemilih muda yang berusia 17-39 tahun dalam kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang diprediksi mencapai 60 persen dari total pemilih.
 
"Pandangan mereka (pemilih muda) merupakan signal yang harus diperhatikan (partai politik) jika kandidatnya ingin keluar sebagai pemenang," ujar Lili.
 
Baca: Wapres Kembali Tegaskan ASN Harus Netral Jelang Pemilu 2024

Sementara, itu peneliti Saiful Mujani Research Center (SMRC) Saidiman Ahmad mengatakan partai politik harus menyerap aspirasi pemilih muda yang memiliki preferensi lebih khusus terhadap calon pemimpin ketimbang pemilih lebih luas. Meski menilai citra merakyat masih dinilai relevan, ia berpendapat calon pemimpin nasional juga harus memiliki integritas antikorupsi yang baik. 
 
Pemilih muda, kata Saidiman, juga menginginkan calon pemimpin yang memiliki agenda langsung terhadap mereka. Misalnya, isu lapangan kerja dan lingkungan.
 
"Tapi perlu dicatat, anak muda itu, kan, kritis. Salah satu cirinya adalah kalau mereka merasa calon-calon yang ada tidak lebih menjanjikan, bisa saja mereka tidak ikut memilih," ujar Saidiman.
 
Jajak pendapat Centre for Strategis and International Studies (CSIS) menunjukkan adanya perubahan preferensi pemilih muda terhadap calon pemimpin nasional. Preferensi pemilih  muda bergeser, dari yang merakyat dan sederhana, menjadi lebih suka yang jujur dan antikorupsi.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan