Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyambangi pemerintah provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim). Kunjungan ini dalam rangka berdialog guna memastikan ibu kota negara (IKN) di Kaltim bersih dari potensi radikalisme dan terorisme.
"Di Kaltim ini aspek ketahanan nasional itu relatif lebih baik dibandingkan dengan wilayah yang lain," ujar Direktur Pencegahan BNPT R Ahmad Nurwakhid, mengutip Antara, Rabu, 23 Februari 2022.
Ia menjelaskan berbicara tentang ancaman terorisme tidak hanya dilihat dari aspek aksi kekerasan, melainkan dari hulunya seperti ideologi radikal, sikap intoleran dan eksklusif. Kaltim sebagai calon ibu kota baru harus steril, tidak hanya dari ancaman kekerasan, tetapi juga ideologi kekerasan dan kebencian.
Brigadir Jenderal Polisi itu menjelaskan intoleransi merupakan awal dari radikalisme dan terorisme. Sikap tidak senang terhadap keragaman akan mendorong lahirnya pemahaman radikal, yang pada akhirnya berwujud aksi teror.
"Saya sangat berbangga karena kehidupan sosial, budaya dan keagamaan di Kaltim ini terjalin sangat baik, toleran dan harmonis. Sikap toleransi dan moderasi inilah yang dibutuhkan di Kaltim sebagai salah satu modal ibu kota baru nantinya yang ramah terhadap perbedaan," ucap dia.
Baca: Hunian ASN Jadi Prioritas Pembangunan di Ibu Kota Baru
Menurut dia, masyarakat tetap perlu mewaspadai perubahan strategi kelompok teroris akhir-akhir ini. Beberapa kasus terorisme kerap menggunakan strategi taqiyah (menyembunyikan identitas) dan tamkin (penguasaan wilayah).
"Strategi tamkin ini sering dilakukan kelompok radikal terorisme akhir-akhir ini terutama dalam menginfiltrasi ke berbagai organisasi dan lembaga kemasyarakatan, termasuk di IKN ini. Dan kita telah antisipasi sejak awal dari hulu dengan memperkuat masyarakat moderat di Kaltim ini," jelasnya.
Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi mengatakan Kaltim merupakan salah satu provinsi yang sangat kondusif sebagai calon ibu kota dari aspek sosial politik. Tidak ada sejarah konflik sosial dan kerusuhan besar di Kaltim.
"Saya tegaskan di Kalimantan lain pernah terjadi konflik sosial. Tapi di Kalimantan Timur sejak berdirinya kerajaan Kutai Kartanegara hingga hari ini tidak pernah ada kerusuhan besar," ungkap Hadi.
Secara demografis, Kaltim terdiri dari masyarakat yang beragam dari sisi agama, etnik dan budaya. Namun, keragaman itu tidak pernah memunculkan gejolak dan konflik sosial. Artinya, menurut Hadi, Kalimantan Timur sejak dulu siap hidup berdampingan dengan suku, etnik dan agama mana pun.
"Komposisi masyarakat beragama di Indonesia hampir mirip dengan komposisi agama secara keseluruhan di Indonesia. Simbol pluralitas di provinsi ini terawat dengan baik dan Kaltim pernah mendapat penghargaan Harmony Award dari Kementerian Agama," terang Hadi.
Pemerintah Kaltim terus melakukan komunikasi dan silaturahmi dengan berbagai pihak guna menjamin harmoni dan toleransi. Semangat persatuan dan kesatuan harus terus dipupuk dan dipegang seluruh masyarakat Indonesia agar tidak mudah terpecah belah.
"Karena kita negara kesatuan, seluruh masyarakat harus toleran terhadap perbedaan yang ada. Pilihan nama Nusantara sebagai ibu kota baru ini secara filosofis sangat luar biasa. Nama yang merangkum keberagamaan dan kebersamaan sebagai bangsa Indonesia," kata Hadi.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (
BNPT) menyambangi pemerintah provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim). Kunjungan ini dalam rangka berdialog guna memastikan ibu kota negara (IKN) di Kaltim bersih dari potensi
radikalisme dan terorisme.
"Di Kaltim ini aspek ketahanan nasional itu relatif lebih baik dibandingkan dengan wilayah yang lain," ujar Direktur Pencegahan BNPT R Ahmad Nurwakhid, mengutip
Antara, Rabu, 23 Februari 2022.
Ia menjelaskan berbicara tentang ancaman terorisme tidak hanya dilihat dari aspek aksi kekerasan, melainkan dari hulunya seperti ideologi radikal, sikap intoleran dan eksklusif. Kaltim sebagai calon
ibu kota baru harus steril, tidak hanya dari ancaman kekerasan, tetapi juga ideologi kekerasan dan kebencian.
Brigadir Jenderal Polisi itu menjelaskan intoleransi merupakan awal dari radikalisme dan terorisme. Sikap tidak senang terhadap keragaman akan mendorong lahirnya pemahaman radikal, yang pada akhirnya berwujud aksi teror.
"Saya sangat berbangga karena kehidupan sosial, budaya dan keagamaan di Kaltim ini terjalin sangat baik, toleran dan harmonis. Sikap toleransi dan moderasi inilah yang dibutuhkan di Kaltim sebagai salah satu modal ibu kota baru nantinya yang ramah terhadap perbedaan," ucap dia.
Baca:
Hunian ASN Jadi Prioritas Pembangunan di Ibu Kota Baru
Menurut dia, masyarakat tetap perlu mewaspadai perubahan strategi kelompok teroris akhir-akhir ini. Beberapa kasus terorisme kerap menggunakan strategi
taqiyah (menyembunyikan identitas) dan
tamkin (penguasaan wilayah).
"Strategi
tamkin ini sering dilakukan kelompok radikal terorisme akhir-akhir ini terutama dalam menginfiltrasi ke berbagai organisasi dan lembaga kemasyarakatan, termasuk di IKN ini. Dan kita telah antisipasi sejak awal dari hulu dengan memperkuat masyarakat moderat di Kaltim ini," jelasnya.