Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah menjelaskan kepada Komisi I DPR soal pembobolan Pusat Data Nasional (PDN) Kominfo. Penjelasan yang disampaikan dinilai tidak masuk akal.
"Penjelasannya tidak ada yang masuk akal. Jadi Pak Menkominfo (Budi Arie Setiadi) dan Pak BSSN (Hinsa Siburian) menjelaskan kepada Komisi I dengan asumsi Komisi I nggak ada yang tahu persoalannya," kata Anggota Komisi I DPR Sukamta Mantamiharja dalam diskusi daring MNC Trijaya bertema Pusat Data Bocor, Siapa Teledor?, Sabtu, 29 Juni 2024.
Sukamta menyebut penjelasan yang disampaikan juga hanya kulitnya saja. Dengan alibi rahasia negara, yang bila disampaikan berpotensi diserang kembali oleh peretas.
"Ini kan proses yang sudah berjalan lama, panjang, dan baru ketahuan beberapa hari yang lalu ketika layanan terganggu. Jadi, penjelasannya sulit diterima oleh berbagai yang memahami persoalan lebih dalam dan serius," ungkap anggota dewan itu.
Sukamta menyebut ada persoalan yang secara esensial perlu digali lebih dalam oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah. Menurut dia, alasan PDN yang diserang bukan instansi lain penting dipahami masyarakat.
"Jadi PDN ini pusat data dari seluruh pemerintah kementerian/lembaga hingga pemda ada yang bilang 210 ada yang bilang 282. Artinya apa, PDN ini seperti brankas yang dalamnya ada emas batangan 24 karat serta berlian 100 karat, karena di dalamnya adalah objek vital nasional," ucap Sukamta.
Sukamta menuturkan Kominfo dan BSSN menyatakan data PDN belum bocor, baru dienkripsi. Dia meragukan keterangan tersebut hanya untuk menutupi kejadian yang sesungguhnya.
"Atau dia tidak paham padahal yang menjelaskan itu kepala BSSN yang menjamin tidak ada data keluar. Lah memang bagaiman data keluar, itu dienskripsi dugaan banyak pihak yang paham itukan karena salah satunya datanya sudah dicopy habis, untuk menutupi jejaknya terus dienskripsi," tutur Sukamta.
Menurutnya, data yang bisa dibawa keluar tapi terdeteksi itu karena sensornya sudah ditaklukan oleh pelaku. Bila dasarnya hanya traffic, kata dia, ada strateginya yakni dibawa keluar sedikit-sedikit dalam waktu yang panjang, tidak satu dua hari.
"Kalau begitu mah kayak ngerampok bank ngambil semuanya dalam satu dua hari kan nggak mungkin pasti ketahuan. Itu mungkin masuknya sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Pasti data itu sudah keluar, lalu dienskripsi untuk menutupi jejak," ujar dia.
Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika (
Kominfo) serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah menjelaskan kepada Komisi I DPR soal pembobolan Pusat Data Nasional (PDN) Kominfo. Penjelasan yang disampaikan dinilai tidak masuk akal.
"Penjelasannya tidak ada yang masuk akal. Jadi Pak Menkominfo (Budi Arie Setiadi) dan Pak BSSN (Hinsa Siburian) menjelaskan kepada Komisi I dengan asumsi Komisi I nggak ada yang tahu persoalannya," kata Anggota Komisi I DPR Sukamta Mantamiharja dalam diskusi daring MNC Trijaya bertema Pusat Data Bocor, Siapa Teledor?, Sabtu, 29 Juni 2024.
Sukamta menyebut penjelasan yang disampaikan juga hanya kulitnya saja. Dengan alibi rahasia negara, yang bila disampaikan berpotensi diserang kembali oleh
peretas.
"Ini kan proses yang sudah berjalan lama, panjang, dan baru ketahuan beberapa hari yang lalu ketika layanan terganggu. Jadi, penjelasannya sulit diterima oleh berbagai yang memahami persoalan lebih dalam dan serius," ungkap anggota dewan itu.
Sukamta menyebut ada persoalan yang secara esensial perlu digali lebih dalam oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah. Menurut dia, alasan PDN yang diserang bukan instansi lain penting dipahami masyarakat.
"Jadi PDN ini pusat data dari seluruh pemerintah kementerian/lembaga hingga pemda ada yang bilang 210 ada yang bilang 282. Artinya apa, PDN ini seperti brankas yang dalamnya ada emas batangan 24 karat serta berlian 100 karat, karena di dalamnya adalah objek vital nasional," ucap Sukamta.
Sukamta menuturkan
Kominfo dan BSSN menyatakan data PDN belum bocor, baru dienkripsi. Dia meragukan keterangan tersebut hanya untuk menutupi kejadian yang sesungguhnya.
"Atau dia tidak paham padahal yang menjelaskan itu kepala BSSN yang menjamin tidak ada data keluar. Lah memang bagaiman data keluar, itu dienskripsi dugaan banyak pihak yang paham itukan karena salah satunya datanya sudah dicopy habis, untuk menutupi jejaknya terus dienskripsi," tutur Sukamta.
Menurutnya, data yang bisa dibawa keluar tapi terdeteksi itu karena sensornya sudah ditaklukan oleh pelaku. Bila dasarnya hanya traffic, kata dia, ada strateginya yakni dibawa keluar sedikit-sedikit dalam waktu yang panjang, tidak satu dua hari.
"Kalau begitu mah kayak ngerampok bank ngambil semuanya dalam satu dua hari kan nggak mungkin pasti ketahuan. Itu mungkin masuknya sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Pasti data itu sudah keluar, lalu dienskripsi untuk menutupi jejak," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)