Jakarta: Populi Center menilai tingkat kepuasan masyarakat terhadap Presiden Joko Widodo berbanding lurus dengan elektabilitasnya. Namun, tingkat elektabilitas tersebut dapat merosot jika Jokowi diserang dengan politik identitas menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Peneliti Populi Center Nona Evita mengatakan, ada peningkatan tingkat kepuasan terhadap Jokowi dalam tiga tahun pemerintahannya ini. Tingkat elektabilitas Jokowi pun kini masih yang tertinggi dibandingkan calon lain.
Jokowi diminta agar tak cepat puas soal elektabilitas yang tinggi. Elektabilitas tak selalu berbanding lurus dengan tingkat keterpilihan. Contoh riilnya seperti kasus mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Yang puas dengan Ahok tapi ternyata tidak memilih," kata Evita dalam diskusi mengenai Evaluasi Kinerja Pemerintah Tahun 2017 dan Political Outlook 2018, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu, 20 Desember 2017.
Baca juga: Politik Identitas Dinilai Bisa Menjegal Jokowi di Pilpres 2019
Menurut dia, munculnya gap antara tingkat kepuasan dan elektabilitas ini dipengaruhi oleh politik identitas. Akibatnya, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat kalah melawan pesaingnya Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di PIlgub DKI 2017.
"Karena ada identity politic, ini sebagai imbas dari politik internasional secara keseluruhan karena Donald Trump juga memainkan isu yamg sama identity politic dan itu yang harus diantisipasi di 2018-2019," ucap dia.
Baca juga: Survei CSIS: Publik Puas dengan Kinerja Pemerintahan Jokowi-Kalla
Populi melakukan survei selama bulan Oktober 2017 dengan memberikan pertanyaan kepada 1.200 responden. Populi memilih responden secara acak (multistage random sampling).
Jakarta: Populi Center menilai tingkat kepuasan masyarakat terhadap Presiden Joko Widodo berbanding lurus dengan elektabilitasnya. Namun, tingkat elektabilitas tersebut dapat merosot jika Jokowi diserang dengan politik identitas menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Peneliti Populi Center Nona Evita mengatakan, ada peningkatan tingkat kepuasan terhadap Jokowi dalam tiga tahun pemerintahannya ini. Tingkat elektabilitas Jokowi pun kini masih yang tertinggi dibandingkan calon lain.
Jokowi diminta agar tak cepat puas soal elektabilitas yang tinggi. Elektabilitas tak selalu berbanding lurus dengan tingkat keterpilihan. Contoh riilnya seperti kasus mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Yang puas dengan Ahok tapi ternyata tidak memilih," kata Evita dalam diskusi mengenai Evaluasi Kinerja Pemerintah Tahun 2017 dan Political Outlook 2018, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu, 20 Desember 2017.
Baca juga: Politik Identitas Dinilai Bisa Menjegal Jokowi di Pilpres 2019
Menurut dia, munculnya gap antara tingkat kepuasan dan elektabilitas ini dipengaruhi oleh politik identitas. Akibatnya, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat kalah melawan pesaingnya Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di PIlgub DKI 2017.
"Karena ada identity politic, ini sebagai imbas dari politik internasional secara keseluruhan karena Donald Trump juga memainkan isu yamg sama
identity politic dan itu yang harus diantisipasi di 2018-2019," ucap dia.
Baca juga: Survei CSIS: Publik Puas dengan Kinerja Pemerintahan Jokowi-Kalla
Populi melakukan survei selama bulan Oktober 2017 dengan memberikan pertanyaan kepada 1.200 responden. Populi memilih responden secara acak (
multistage random sampling).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CIT)