Jakarta: Pernyataan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bahwa politik identitas dimainkan pihak yang minim prestasi dianggap menyindir tokoh politik tertentu. Sebab, isu tersebut sempat digunakan beberapa pihak pada Pilpres 2014 dan 2019.
“Maksudnya Hasto mungkin Prabowo Subianto,” kata Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul, kepada wartawan di Jakarta, Sabtu, 3 September 2022.
Dari sisi prestasi dan karya, Adib menilai belum ada yang nyata dari Prabowo meski telah diberikan amanah untuk menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Misalnya masih ada ancaman-ancaman fisik nyata yang menganggu kedaulatan NKRI.
Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. Menurut Dedi, pernyataan Hasto dimungkinkan menyasar para rival politik PDIP.
“Hasto mungkin secara personal menyasar rivalnya, bisa Prabowo, Anies Baswedan, dan lainnya,” kata Dedi.
Namun, dia menyayangkan Hasto menapikan isu politik identitas juga dimainkan kelompoknya. “Isu identitas itu subyektif, bisa muncul di mana saja, karena ia bagian dari imbas sistem elektoral yang kita pilih. Bawaslu sekalipun gagal menjamin adanya batasan tema kampanye,” ujar Dedi.
Sebelumnya, Hasto menegaskan pihak yang menggunakan politik identitas adalah mereka yang minim prestasi dan karya. Apalagi, kata Hasto, di era demokrasi yang kapitalistik ini, banyak yang menggunakan berbagai cara untuk menang termasuk menggunakan politik agama atau politik identitas.
“PDI Perjuangan berkeyakinan bahwa mereka yang menggunakan politik identitas itu pada dasarnya, kecendrungannya mereka tidak punya prestasi,” ujar Hasto di acara Mukernas Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Tahun 2022, di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat, 2 September 2022.
Dia menuturkan, mereka yang menggunakan politik identitas biasanya orang-orang yang tak memiliki kompetensi.
“Orang-orang yang memang tidak punya suatu narasi yang memberikan inspirasi bagi seluruh warga bangsa di dalam mendorong setiap kemajuan,” kata Hasto.
Jakarta: Pernyataan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bahwa politik identitas dimainkan pihak yang minim prestasi dianggap menyindir tokoh politik tertentu. Sebab, isu tersebut sempat digunakan beberapa pihak pada
Pilpres 2014 dan 2019.
“Maksudnya Hasto mungkin Prabowo Subianto,” kata Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul, kepada wartawan di Jakarta, Sabtu, 3 September 2022.
Dari sisi prestasi dan karya, Adib menilai belum ada yang nyata dari Prabowo meski telah diberikan amanah untuk menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Misalnya masih ada ancaman-ancaman fisik nyata yang menganggu kedaulatan NKRI.
Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. Menurut Dedi, pernyataan Hasto dimungkinkan menyasar para rival politik PDIP.
“Hasto mungkin secara personal menyasar rivalnya, bisa Prabowo, Anies Baswedan, dan lainnya,” kata Dedi.
Namun, dia menyayangkan Hasto menapikan isu
politik identitas juga dimainkan kelompoknya. “Isu identitas itu subyektif, bisa muncul di mana saja, karena ia bagian dari imbas sistem elektoral yang kita pilih. Bawaslu sekalipun gagal menjamin adanya batasan tema kampanye,” ujar Dedi.
Sebelumnya, Hasto menegaskan pihak yang menggunakan politik identitas adalah mereka yang minim prestasi dan karya. Apalagi, kata Hasto, di era demokrasi yang kapitalistik ini, banyak yang menggunakan berbagai cara untuk menang termasuk menggunakan politik agama atau politik identitas.
“PDI Perjuangan berkeyakinan bahwa mereka yang menggunakan politik identitas itu pada dasarnya, kecendrungannya mereka tidak punya prestasi,” ujar Hasto di acara Mukernas Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Tahun 2022, di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat, 2 September 2022.
Dia menuturkan, mereka yang menggunakan
politik identitas biasanya orang-orang yang tak memiliki kompetensi.
“Orang-orang yang memang tidak punya suatu narasi yang memberikan inspirasi bagi seluruh warga bangsa di dalam mendorong setiap kemajuan,” kata Hasto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)