Perang generasi ketiga merupakan gaya perang lama. Sementara itu, perang generasi kelima menggunakan media massa dan internet sebagai sarana perang.
Baca: DPR Restui Penjualan KRI Teluk Sampit
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"TNI AU mengejar sampai 2024 itu supaya kita beralih dari perang generasi tiga yang perangnya konvensional dengan pesawat tempur generasi empat menuju perang generasi kelima yaitu sudah multi domain," kata Andi, Rabu, 30 Maret 2022.
Andi mengemukakan perkembangan alutsista nantinya tak hanya soal menggabungkan pesawat tempur dengan rudal. Tetapi bakal ditambahkan dengan mekanisme surveilans.
"Kalau di angkatan udara itu pengembangan dari air defense identification zone dan system (ADIS) lalu bagaimana itu nanti dikombinasikan lintas domain dengan apa yang dikembangkan di matra lain," kata dia.
Namun, yang paling utama, kata Andi, TNI AU bakal mengembangkan teknologi siber dan ruang antariksa (space) untuk mempersiapkan perang generasi kelima. Andi menyebut karakteristik pengembangan teknologi untuk perang generasi kelima tidak bisa memilih hanya mengembangkan salah satunya saja.
"Jadi kita tidak bisa memilih misal hanya mengembangkan fighter saja, atau mengembangkan survailans saja, atau mengembangkan cyber saja. Itu tidak bisa," terangnya.
Pasalnya, karakteristik pengembangan teknologi generasi kelima itu harus dilakukan simultan atau bersamaan. Pengembangan teknologi generasi kelima ini diharapkan Andi bisa segera diutamakan, karena sudah banyak negara-negara utama di dunia ini yang angkatan bersenjatanya sudah melampaui tiga matra.
"Sekarang banyak angkatan udara yang siber sudah jadi matra sendiri, komandannya di tempat. Space sudah jadi matra sendiri, komandannya di tempat. Jadi kayak AS, Cina, Rusia, bahkan Australia itu angkatan bersenjatanya sudah enam atau tujuh angkatan," kata Andi.