Menko Polhukam Mahfud MD. Foto: MI/Indriyani Astuti.
Menko Polhukam Mahfud MD. Foto: MI/Indriyani Astuti.

Mahfud Tegaskan Ideologi Negara adalah Ideologi Santri

Indriyani Astuti • 21 Oktober 2022 13:55
Jakarta: Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengingatkan ideologi negara tidak usah dipertentangkan dengan ideologi lain. Ideologi negara, terang Mahfud, dibangun oleh bangsa Indonesia bersama kaum santri dan para ulama.
 
"Sehingga menjadi kewajiban sejarah bagi seluruh santri Indonesia untuk mempertahankan ideologi negara," kata Mahfud dalam Peringatan Hari Santri Nasional di Kantor Kemenko Polhukam, Jumat, 21 Oktober 2022.
 
Ia menekankan peran santri kian kuat. Buktinya, terang Mahfud, dalam setiap kontestasi politik di Indonesia selalu memperhatikan dukungan umat Islam dan kaum santri.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Karena kaum santri sekarang sudah mengalami mobilitas sosial sangat tinggi. Ini bukti bahwa umat islam itu tidak ditakuti dalam proses politik di negeri ini melainkan selalu diperhitungkan peran-perannya," ujar Mahfud.
 
Menjaga ideologi negara, sambung Mahfud, merupakan kewajiban para santri yang diajarkan oleh para pendahulu. Para ulama dan santri ikut berjuang baik perjuangan fisik maupun politik untuk membangun dan mempertahankan NKRI yang berideologi Pancasila.
 

Baca: Wapres: Santri Siap Kalau Diminta Jadi Kepala Daerah hingga Presiden


Mahfud juga menegaskan bahwa tudingan adanya Islamofobia tidak benar. Kaum santri di Indonesia, ujarnya, dapat melesat melalui mobilitas vertikal karena tidak ada Islamofobia.
 
"Tidak ada lagi rasa takut terhadap islam, karena tidak ada islamofobia di negara ini yang dilakukan oleh negara,"ucap dia.
 
Menurut dia, dengan Pancasila sebagai ideologi negara, para santri dapat mengaktualisasikan diri mereka, serta melakukan lompatan-lompatan dengan mobilitas sosial naik secara vertikal. Tokoh dari kalangan santri, terang Mahfud, berkiprah dalam berbagai bidang. 
 
Menurut dia, Islamofobia hanya terjadi di dalam masyarakat secara perseorangan, atau mengejek kaum santri sebagai kaum yang terbelakang. Ia berharap santri dapat menguatkan bangsa Indonesia dan berkiprah membangun bangsa dan tanpa sekat-sekat ikatan primordial, agama, suku, daerah, ras, maupun primordial lainnya. 

Santri Bukan Alat Politik

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menekankan bahwa ideologi santri senapas dengan ideologi NKRI. NKRI layak dibela dengan mempertahankan nyawa dan janji santri. Ia mengingatkan agar tidak ada lagi pihak yang melakukan politisasi, menggunakan identitas santri sebagai alat politik.
 
"Saat ini tidak boleh lagi santri dilihat sebagai identitas politik. Tidak boleh lagi identitas santri diperalat sebagai senjata politik," tegas Gus Yahya.
 
Menurut dia, menjadikan santri sebagai alat untuk politik dapat memundurkan peran dan pengorbanan yang telah dilakukan para santri untuk bangsa dan negara.
 
"Mari sama-sama mencegah jangan sampai identitas primodial, suku Islam dan lainnya jangan sampai dijadikan alat politik," ungkap Gus Yahya.
 
(AGA)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif