Jakarta: Pengamat politik Dedi Kurnia Syah mengkritik pernyataan Agus Harimuti Yudhoyono (AHY). Ketua Umum Partai Demokrat itu membandingkan pembangunan infrastruktur Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"AHY seharusnya mengampanyekan gagasan ke depan, bukan kembali ke belakang dengan perbandingan," ujar Dedi saat dikonfirmasi, Kamis, 22 September 2022.
Dedi menuturkan semua pihak berhak melontarkan kritik kepada pemerintah. Namun, kritik tersebut harus berbasis data akurat, bukan karena hal lain.
"(Kritik) menjadi masalah ketika justru hanya berbasis ketidaksukaan, atau sekadar memantik konflik semata, ada cara yang lebih politis dan berdampak, semisal mengoreksi kebijakan yang akan dijalankan, bukan yang sudah dilakukan pemerintah," ujarnya.
Menurut Dedi, kritik AHY kental nuansa politis ketimbang sebagai oposisi. Dia melihat AHY mencoba mendapatkan simpati masyarakat dengan mengkritik Jokowi.
"Meskipun, ini normatif, hanya statemen tanpa data, berisiko akan dikembalikan ke SBY, yang juga pasti punya kekurangan," ujar Dedi.
Salah satu singgungan AHY terkait pembangunan jalan tol. Adapun data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membeberkan SBY membangun jalan tol sepanjang 189,2 kilometer (km) pada 2004-2019.
Sementara itu, Jokowi membangun jalan tol sepanjang 1.762,3 km sejak menjabat pada 2014 hingga saat ini. Kemudian, 750 km jalan tol dibangun dan ditargetkan selesai pada 2024.
Selain itu, data terkait menunjukkan ada 18 bendungan mulai dibangun di era SBY. Seluruhnya diselesaikan Jokowi.
Adapaun Jokowi memulai pembangunan 12 bendungan sejak menjabat. Akumulasi data memaparkan ada 30 bendungan selesai dibangun di era jokowi, kemudian 27 bendungan ditargetkan rampung pada 2024.
Jakarta: Pengamat politik Dedi Kurnia Syah mengkritik pernyataan Agus Harimuti Yudhoyono (AHY). Ketua Umum Partai Demokrat itu membandingkan pembangunan
infrastruktur Presiden Joko Widodo (
Jokowi) dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"
AHY seharusnya mengampanyekan gagasan ke depan, bukan kembali ke belakang dengan perbandingan," ujar Dedi saat dikonfirmasi, Kamis, 22 September 2022.
Dedi menuturkan semua pihak berhak melontarkan kritik kepada pemerintah. Namun, kritik tersebut harus berbasis data akurat, bukan karena hal lain.
"(Kritik) menjadi masalah ketika justru hanya berbasis ketidaksukaan, atau sekadar memantik konflik semata, ada cara yang lebih politis dan berdampak, semisal mengoreksi kebijakan yang akan dijalankan, bukan yang sudah dilakukan pemerintah," ujarnya.
Menurut Dedi, kritik AHY kental nuansa politis ketimbang sebagai oposisi. Dia melihat AHY mencoba mendapatkan simpati masyarakat dengan mengkritik Jokowi.
"Meskipun, ini normatif, hanya statemen tanpa data, berisiko akan dikembalikan ke SBY, yang juga pasti punya kekurangan," ujar Dedi.
Salah satu singgungan AHY terkait pembangunan jalan tol. Adapun data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membeberkan SBY membangun jalan tol sepanjang 189,2 kilometer (km) pada 2004-2019.
Sementara itu, Jokowi membangun jalan tol sepanjang 1.762,3 km sejak menjabat pada 2014 hingga saat ini. Kemudian, 750 km jalan tol dibangun dan ditargetkan selesai pada 2024.
Selain itu, data terkait menunjukkan ada 18 bendungan mulai dibangun di era SBY. Seluruhnya diselesaikan Jokowi.
Adapaun Jokowi memulai pembangunan 12 bendungan sejak menjabat. Akumulasi data memaparkan ada 30 bendungan selesai dibangun di era jokowi, kemudian 27 bendungan ditargetkan rampung pada 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ADN)