medcom.id, Jakarta: Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menduga Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tak menerima informasi utuh terkait pengadaan senjata yang diajukan Badan Intelijen Negara (BIN). Bisa saja Gatot melewatkan surat pengadaan 521 pucuk senjata yang diajukan BIN itu.
"Mungkin dari stafnya kurang masukan atau apa," kata Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa 26 September 2017.
Ryamizard tak ingin teledor dengan surat menyurat. Ia pun memiliki empat asisten yang bertugas membaca surat yang masuk ke ruangannya. "Empat orang saya rekrut hanya baca surat, (memastikan) itu betul apa enggak," kata dia.
Empat orang itu merupakan perwira TNI. Mereka ditugaskan memastikan surat yang masuk tak luput dari pengetahuan Ryamizard. Selain itu, empat perwira ini juga membuat dan memastikan surat sebelum ditandatangani sang menteri.
"Saya tidak mau salah," ujar dia.
Baca: Manuver Gatot Nurmantyo Disebut Overdosis
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu menambahkan, keteledoran surat menyurat pernah dialami beberapa menteri lain. Hal ini dinilai wajar karena pekerjaan sebagai menteri menyita perhatian dan waktu.
Tak jarang, seorang menteri harus berpindah kota dalam sehari. Selain itu, seorang menteri bahkan bisa menghabiskan waktu dari pagi hingga malam mengurusi segala urusan di kantor.
"Menteri enggak ngecek lagi, kalau ngecek lagi, pulangnya kapan," tegas Ryamizard.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/gNQlqVVK" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menduga Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tak menerima informasi utuh terkait pengadaan senjata yang diajukan Badan Intelijen Negara (BIN). Bisa saja Gatot melewatkan surat pengadaan 521 pucuk senjata yang diajukan BIN itu.
"Mungkin dari stafnya kurang masukan atau apa," kata Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa 26 September 2017.
Ryamizard tak ingin teledor dengan surat menyurat. Ia pun memiliki empat asisten yang bertugas membaca surat yang masuk ke ruangannya. "Empat orang saya rekrut hanya baca surat, (memastikan) itu betul apa enggak," kata dia.
Empat orang itu merupakan perwira TNI. Mereka ditugaskan memastikan surat yang masuk tak luput dari pengetahuan Ryamizard. Selain itu, empat perwira ini juga membuat dan memastikan surat sebelum ditandatangani sang menteri.
"Saya tidak mau salah," ujar dia.
Baca: Manuver Gatot Nurmantyo Disebut Overdosis
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu menambahkan, keteledoran surat menyurat pernah dialami beberapa menteri lain. Hal ini dinilai wajar karena pekerjaan sebagai menteri menyita perhatian dan waktu.
Tak jarang, seorang menteri harus berpindah kota dalam sehari. Selain itu, seorang menteri bahkan bisa menghabiskan waktu dari pagi hingga malam mengurusi segala urusan di kantor.
"Menteri enggak ngecek lagi, kalau ngecek lagi, pulangnya kapan," tegas Ryamizard.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)