Jakarta: Penunjukan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa sebagai panglima TNI dinilai mempertimbangkan sejumlah hal. Salah satunya, ketegangan di Indo-Pasifik antara Amerika dengan Tiongkok.
"Ini berkaitan dengan game changer di kawasan kita ini dengan adanya potensi naiknya eskalasi di Natuna dan sikap politik Indonesia," kata anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi dalam program Crosschek Medcom.id bertemakan Scholar Warrior Pilihan Jokowi, Minggu, 7 November 2021.
Politikus Golkar itu menyebut Amerika membangun aliansi dengan Australia dan Inggris. Mereka menyepakati pengembangan dan pembangunan kapal selam berkekuatan nuklir.
Dia menyebut politik pertahanan Indonesia menentang rencana tersebut. Sehingga, dibutuhkan sosok yang mampu berkomunikasi baik dengan kedua belah pihak.
"Kita membutuhkan panglima yang mampu menerjemahkan komunikasi dengan baik dengan pihak terkait," kata dia.
Baca: Ini Penyebab Banyak Kapal Asing di Natuna Utara
Selain itu, dia menilai pertimbangan lain Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih Andika, yaitu lebih lama menjadi kepala staf. Andika juga satu-satunya kepala staf yang pernah mengenyam pengalaman di luar organisasi TNI.
"Yaitu pernah di departemen pertahanan di 2001," ujar dia.
Sebelumnya, Komisi I menyetujui secara bulat Andika menjadi panglima TNI. Penguatan pengamanan perbatasan kedaulatan dan diplomasi luar negeri bagian visi dan misi yang akan dilakukan Andika menjadi pimpinan angkatan bersenjata Indonesia.
Jakarta: Penunjukan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal
Andika Perkasa sebagai
panglima TNI dinilai mempertimbangkan sejumlah hal. Salah satunya, ketegangan di
Indo-Pasifik antara Amerika dengan Tiongkok.
"Ini berkaitan dengan
game changer di kawasan kita ini dengan adanya potensi naiknya eskalasi di Natuna dan sikap politik Indonesia," kata anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi dalam program
Crosschek Medcom.id bertemakan
Scholar Warrior Pilihan Jokowi, Minggu, 7 November 2021.
Politikus Golkar itu menyebut Amerika membangun aliansi dengan Australia dan Inggris. Mereka menyepakati pengembangan dan pembangunan kapal selam berkekuatan nuklir.
Dia menyebut politik pertahanan Indonesia menentang rencana tersebut. Sehingga, dibutuhkan sosok yang mampu berkomunikasi baik dengan kedua belah pihak.
"Kita membutuhkan panglima yang mampu menerjemahkan komunikasi dengan baik dengan pihak terkait," kata dia.
Baca:
Ini Penyebab Banyak Kapal Asing di Natuna Utara
Selain itu, dia menilai pertimbangan lain Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih Andika, yaitu lebih lama menjadi kepala staf. Andika juga satu-satunya kepala staf yang pernah mengenyam pengalaman di luar organisasi TNI.
"Yaitu pernah di departemen pertahanan di 2001," ujar dia.
Sebelumnya, Komisi I menyetujui secara bulat Andika menjadi panglima TNI. Penguatan pengamanan perbatasan kedaulatan dan diplomasi luar negeri bagian visi dan misi yang akan dilakukan Andika menjadi pimpinan angkatan bersenjata Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)