medcom.id, Jakarta: Ahli sejarah Anhar Gonggong mengatakan di dunia ini tidak ada ideologi yang benar-benar mati, termasuk ideologi komunisme di Indonesia. Namun, perihal bangkit atau tidaknya kekuasaan paham tersebut bergantung ruang yang diberikan masyarakat.
"Kalau diberi ruang mereka bisa kembali, kalau masyarakat tegas mengatakan kami tidak mau komunisme, ya tidak. Jadi, ruangnya dibuka nggak oleh masyarakat?" katanya saat dihubungi Metrotvnews.com di Jakarta, Rabu 20 September 2017.
Anhar menilai terbukanya ruang penyebaran paham komunisme oleh masyarakat bisa melalui berbagai pintu. Ide pemutaran film tentang G30S/PKI hingga pemutakhiran film tentang kejadian tersebut bisa menjadi salah satu hal yang membangkitkan komunisme di Indonesia.
"Bisa saja (penyebaran ideologi lewat film)," ujar sejarawan berusia 74 tahun ini.
Menurut Anhar, masyarakat dan pemerintah juga tidak konsekuen menolak Partai Komunis Indonesia (PKI) atau paham komunisme. Pasalnya, saat ini masih berlaku Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang pembubaran PKI, namun buku mengenai PKI masih dijual bebas.
"Toko buku mana yang tidak menjual soal marxisme dan buku-buku tentang PKI? Kalau konsekuen seharusnya penyebaran itu juga dilarang," kata Anhar.
Anhar Gonggong. Foto: MI/Arya Manggala
Namun, Anhar tak menyalahkan jika informasi terkait kejadian G30S diajarkan di sekolah. Menurutnya, pengetahuan anak muda terhadap sejarah negeri ini tetap penting. Terlebih, pemerintah masih dapat mengatur bagaimana informasi mengenai ideologi tersebut tersebar melalui kurikulum.
"Sejarah juga harus diajarkan di sekolah, tapi bagaimana itu diajarkan di sekolah juga kewajibannya pemerintah dengan pembuatan sistem pendidikan dan kurikulum," kata dia.
Baca: Film G30S/PKI dan Pembaruan ala Jokowi
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memerintahkan anak buahnya untuk memutar film dokudrama berjudul Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI pada 30 September mendatang. Pemutaran itu sebagai upaya mengingat sejarah kelam Indonesia di masa lalu.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/nN9VPgGb" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Ahli sejarah Anhar Gonggong mengatakan di dunia ini tidak ada ideologi yang benar-benar mati, termasuk ideologi komunisme di Indonesia. Namun, perihal bangkit atau tidaknya kekuasaan paham tersebut bergantung ruang yang diberikan masyarakat.
"Kalau diberi ruang mereka bisa kembali, kalau masyarakat tegas mengatakan kami tidak mau komunisme, ya tidak. Jadi, ruangnya dibuka nggak oleh masyarakat?" katanya saat dihubungi Metrotvnews.com di Jakarta, Rabu 20 September 2017.
Anhar menilai terbukanya ruang penyebaran paham komunisme oleh masyarakat bisa melalui berbagai pintu. Ide pemutaran film tentang G30S/PKI hingga pemutakhiran film tentang kejadian tersebut bisa menjadi salah satu hal yang membangkitkan komunisme di Indonesia.
"Bisa saja (penyebaran ideologi lewat film)," ujar sejarawan berusia 74 tahun ini.
Menurut Anhar, masyarakat dan pemerintah juga tidak konsekuen menolak Partai Komunis Indonesia (PKI) atau paham komunisme. Pasalnya, saat ini masih berlaku Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang pembubaran PKI, namun buku mengenai PKI masih dijual bebas.
"Toko buku mana yang tidak menjual soal marxisme dan buku-buku tentang PKI? Kalau konsekuen seharusnya penyebaran itu juga dilarang," kata Anhar.
Anhar Gonggong. Foto: MI/Arya Manggala
Namun, Anhar tak menyalahkan jika informasi terkait kejadian G30S diajarkan di sekolah. Menurutnya, pengetahuan anak muda terhadap sejarah negeri ini tetap penting. Terlebih, pemerintah masih dapat mengatur bagaimana informasi mengenai ideologi tersebut tersebar melalui kurikulum.
"Sejarah juga harus diajarkan di sekolah, tapi bagaimana itu diajarkan di sekolah juga kewajibannya pemerintah dengan pembuatan sistem pendidikan dan kurikulum," kata dia.
Baca: Film G30S/PKI dan Pembaruan ala Jokowi
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memerintahkan anak buahnya untuk memutar film dokudrama berjudul
Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI pada 30 September mendatang. Pemutaran itu sebagai upaya mengingat sejarah kelam Indonesia di masa lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)