Jakarta: Pertarungan antarkekuatan dalam perebutan pengaruh yang semakin keras, dengan pengerahan kemampuan militer dan teknologi, dan penguasaan wilayah maritim yang semakin agresif, telah mengubah tatanan geopolitik global ke arah yang semakin tidak menentu. Wilayah maritim diprediksi menjadi arena persaingan utama antarnegara bahkan semakin mendekat dengan Indonesia.
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) menilai dinamika ini sangat menarik untuk dicermati.
“Khusus untuk tahun ini tema yang kami angkat adalah tentang geomaritim dengan kesadaran bahwa pertarungan geopolitik di depan akan semakin dekat ke kita, karena akan terjadi di kawasan Asia Timur dan akan menggunakan maritim, laut, samudera sebagai sarana wadah pertarungannya,” kata Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto, saat opening remarks, di Grand Studio Metro TV, Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2022.
Atas kondisi persaingan tersebut, akan muncul tantangan dalam mempertahankan status quo dan kebangkitan para revisionis ketika menggunakan kekuatan maritim dalam mempertahankan sumber daya dan teknologi untuk kekuasaan. “Yang terjadi seharusnya ada pembangunan infrastruktur global yang menggabungkan antar negara, bahkan antar benua, yang terjadi adalah seharusnya terciptanya satu rantai pasok global,” ujar Andi.
Menurut dia, freedom of navigation yang menjadi inti dari stabilitas. “Selama ada freedom of navigation, stabilitas maritim tercapai. Nah, sekarang itu tidak cukup, freedom of navigation-nya ada, ternyata ada disrupsi rantai pasok,” kata Andi.
Andi menambahkan saat ini telah terjadi konektivitas yang menyebabkan patahan dan diskonektivitas global. "Dan sejak Februari 2022, patahannya semakin keras karena ada pertarungan Amerika Serikat-Rusia, karena terjadinya krisis di Ukraina,” kata Andi.
Sehingga, selagi kompetisi kekuatan tetap berlangsung pada isu-isu kemaritiman, masa depan geomaritim tentu sangat relevan untuk dibicarakan. Sistem global yang didorong kepentingan hegemoni di era transisi norma perdagangan dan ekonomi telah memunculkan perkembangan teknologi untuk mempertahankan kekuasaan yang dipicu oleh munculnya negara-negara kontra hegemoni.
Mencermati hal di atas, muncul pertanyaan mendasar “Bagaimana menavigasi geopolitik maritim sebagai sebuah prasyarat mendasar untuk membangun stabilitas global dalam dunia yang aman dan sejahtera?”
Oleh sebab itu, Lemhannas RI menyelenggarakan Jakarta Geopolitical Forum pada Rabu, 24 Agustus-Kamis, 25 Agustus 2022, dengan menghadirkan para ahli geopolitik dari berbagai negara.
Tahun ini, the 6th Jakarta Geopolitical Forum mengangkat tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” secara hibrida. Selain tema besar tersebut, terdapat tiga sub tema pada setiap sesi kegiatan, yaitu Maritime defense and security in dynamic uncertainties; Geomaritime political economy: generating growth, sustaining resource, and gaining power; dan Advancing maritime technology in geo-strategic context.
Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto membuka acara Jakarta Geopolitical Forum yang bertempat di Grand Studio Metro TV pada Rabu pukul 08.00 WIB.
Ada 11 narasumber terkemuka yang berasal dari lima negara, antara lain, Amerika Serikat, Rusia, Australia, Singapura, dan Indonesia, diundang menjadi pemateri JGF kali ini.
Narasumber tersebut antara lain, Dr. Collin Koh Swee Lean, Research Fellow at the S. Rajaratnam School of International Studies; Admiral (Ret) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M., Professor at Indonesia National Defence University; Mr. Sam Roggeveen, Director of International Security Program of Lowy Institute; Timothy R. Heath, Ph.D., Senior International Defense Researcher at the RAND Corporation; Phillips Vermonte, Ph.D., Senior Fellow of CSIS; Dr. Alan Dupont, The CEO of Geopolitical Risk Consultancy the Cognoscenti; Dr. Alexander Korolev, Associate Professor, Deputy Head of the Centre for Comprehensive European and International Studies, Higher School of Economics; Mr. Ryan Hass, Senior Fellow and the Michael H. Armacost Chair in the Foreign Policy Program at Brookings Institute; Prof. Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D., Vice Rector for Research and Technology Transfer Binus University; Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A., Professional Expert on Natural Resources and National Resilience at National Resilience Institute the Republic Indonesia; dan R.M. Wibawanto Nugroho Widodo, Ph.D., M.A.(Brad), M.A., War College Dip.(NDU), M.P.P.(GMU), Ph.D.(Exon.), Deputy Head of Defense and Security, IKAL Strategic Center.
Forum internasional ini bertujuan untuk menciptakan desain tata kelola hubungan antar aktor geopolitik dalam mencapai keseimbangan kekuatan yang menjadi terbentuknya stabilitas global, khususnya masa depan geopolitik Indonesia dan dunia. “Tujuannya adalah membantu untuk lebih memahami apa yang disebut sebagai konektivitas global,” kata Andi.
Di sisi lain, forum ini untuk memahami konteks geomaritim kontemporer yang mewarnai isu geopolitik yang sedang berkembang maupun yang akan terjadi ke depan, serta mendalami makna inti masa depan geopolitik yang berbasis pada maritim dan pengaruhnya terhadap stabilitas global.
Jakarta: Pertarungan antarkekuatan dalam perebutan pengaruh yang semakin keras, dengan pengerahan kemampuan militer dan teknologi, dan penguasaan wilayah maritim yang semakin agresif, telah mengubah tatanan
geopolitik global ke arah yang semakin tidak menentu. Wilayah maritim diprediksi menjadi arena persaingan utama antarnegara bahkan semakin mendekat dengan Indonesia.
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (
Lemhannas RI) menilai dinamika ini sangat menarik untuk dicermati.
“Khusus untuk tahun ini tema yang kami angkat adalah tentang geomaritim dengan kesadaran bahwa pertarungan geopolitik di depan akan semakin dekat ke kita, karena akan terjadi di kawasan Asia Timur dan akan menggunakan
maritim, laut, samudera sebagai sarana wadah pertarungannya,” kata Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto, saat
opening remarks, di
Grand Studio Metro TV, Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2022.
Atas kondisi persaingan tersebut, akan muncul tantangan dalam mempertahankan status quo dan kebangkitan para revisionis ketika menggunakan kekuatan maritim dalam mempertahankan sumber daya dan teknologi untuk kekuasaan. “Yang terjadi seharusnya ada pembangunan infrastruktur global yang menggabungkan antar negara, bahkan antar benua, yang terjadi adalah seharusnya terciptanya satu rantai pasok global,” ujar Andi.
Menurut dia,
freedom of navigation yang menjadi inti dari stabilitas. “Selama ada
freedom of navigation, stabilitas maritim tercapai. Nah, sekarang itu tidak cukup,
freedom of navigation-nya ada, ternyata ada disrupsi rantai pasok,” kata Andi.
Andi menambahkan saat ini telah terjadi konektivitas yang menyebabkan patahan dan diskonektivitas global. "Dan sejak Februari 2022, patahannya semakin keras karena ada pertarungan Amerika Serikat-Rusia, karena terjadinya krisis di Ukraina,” kata Andi.
Sehingga, selagi kompetisi kekuatan tetap berlangsung pada isu-isu kemaritiman, masa depan geomaritim tentu sangat relevan untuk dibicarakan. Sistem global yang didorong kepentingan hegemoni di era transisi norma perdagangan dan ekonomi telah memunculkan perkembangan teknologi untuk mempertahankan kekuasaan yang dipicu oleh munculnya negara-negara kontra hegemoni.
Mencermati hal di atas, muncul pertanyaan mendasar “Bagaimana menavigasi geopolitik maritim sebagai sebuah prasyarat mendasar untuk membangun stabilitas global dalam dunia yang aman dan sejahtera?”
Oleh sebab itu, Lemhannas RI menyelenggarakan
Jakarta Geopolitical Forum pada Rabu, 24 Agustus-Kamis, 25 Agustus 2022, dengan menghadirkan para ahli geopolitik dari berbagai negara.
Tahun ini,
the 6th Jakarta Geopolitical Forum mengangkat tema “
Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” secara hibrida. Selain tema besar tersebut, terdapat tiga sub tema pada setiap sesi kegiatan, yaitu
Maritime defense and security in dynamic uncertainties;
Geomaritime political economy: generating growth, sustaining resource, and gaining power; dan
Advancing maritime technology in geo-strategic context.
Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto membuka acara Jakarta Geopolitical Forum yang bertempat di Grand Studio Metro TV pada Rabu pukul 08.00 WIB.
Ada 11 narasumber terkemuka yang berasal dari lima negara, antara lain, Amerika Serikat, Rusia, Australia, Singapura, dan Indonesia, diundang menjadi pemateri JGF kali ini.
Narasumber tersebut antara lain, Dr. Collin Koh Swee Lean, Research Fellow at the S. Rajaratnam School of International Studies; Admiral (Ret) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M., Professor at Indonesia National Defence University; Mr. Sam Roggeveen, Director of International Security Program of Lowy Institute; Timothy R. Heath, Ph.D., Senior International Defense Researcher at the RAND Corporation; Phillips Vermonte, Ph.D., Senior Fellow of CSIS; Dr. Alan Dupont, The CEO of Geopolitical Risk Consultancy the Cognoscenti; Dr. Alexander Korolev, Associate Professor, Deputy Head of the Centre for Comprehensive European and International Studies, Higher School of Economics; Mr. Ryan Hass, Senior Fellow and the Michael H. Armacost Chair in the Foreign Policy Program at Brookings Institute; Prof. Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D., Vice Rector for Research and Technology Transfer Binus University; Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A., Professional Expert on Natural Resources and National Resilience at National Resilience Institute the Republic Indonesia; dan R.M. Wibawanto Nugroho Widodo, Ph.D., M.A.(Brad), M.A., War College Dip.(NDU), M.P.P.(GMU), Ph.D.(Exon.), Deputy Head of Defense and Security, IKAL Strategic Center.
Forum internasional ini bertujuan untuk menciptakan desain tata kelola hubungan antar aktor geopolitik dalam mencapai keseimbangan kekuatan yang menjadi terbentuknya stabilitas global, khususnya masa depan geopolitik Indonesia dan dunia. “Tujuannya adalah membantu untuk lebih memahami apa yang disebut sebagai konektivitas global,” kata Andi.
Di sisi lain, forum ini untuk memahami konteks geomaritim kontemporer yang mewarnai isu geopolitik yang sedang berkembang maupun yang akan terjadi ke depan, serta mendalami makna inti masa depan geopolitik yang berbasis pada maritim dan pengaruhnya terhadap stabilitas global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)