Mamuju: Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menyebut terdapat beberapa persoalan yang menyebabkan Sulawesi Barat (Sulbar) menjadi salah satu daerah dengan prevalensi angka stunting tertinggi mencapai 35 persen. Salah satunya, fenomena perkawinan di bawah umur yang sangat tinggi di Sulawesi Barat.
Wapres mengatakan banyak ulama yang tidak melarang perkawinan di bawah umur. Namun, dia menegaskan fenomena itu harus dilihat dari kemaslahatannya.
"Mengawinkan anak di bawah umur menurut penelitian tidak maslahat," ujar Ma'ruf saat memimpin saat memimpin rapat koordinasi (rakor) percepatan penuruan stunting di Grand Maleo Hotel dan Convention, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis, 23 Februari 2023.
Selain dapat menambah anak stunting, kata Ma'ruf, perkawinan anak rentan berujung pada perceraian dini. Menurut dia, perlu ada gerakan pencegahan perkawinan anak.
Ma'ruf menilai hal itu dapat dimulai dari para ulama atau pemuka agama. Selain itu, lanjut dia, perlu ada edukasi khusus pencegahan stunting bagi pasangan yang hendak menikah.
"Pendidikan pelatihan pra nikah, orang itu sudah diberikan (pendidikan) supaya anaknya tidak stunting," jelas dia.
Wapres juga menyebut anggaran yang tidak tepat sasaran ikut berkontribusi menghambat penanganan stunting. Dia menilai anggaran lebih banyak digunakan untuk program-program yang tidak memiliki dampak langsung terhadap stunting.
"Mungkin Pak (Penjabat) Gubernur (Sulbar Akmal Malik) harus di (fokuskan) lagi anggarannya, supaya anggaran stunting ini memang untuk penanggulangan stunting," tegas dia.
Ma'ruf juga mengingatkan jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat untuk menghilangkan ego sektoral. Penanganan stunting harus melibatkan seluruh elemen masyarakat yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah.
"Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, kan kita bukan sama-sama kerja, tapi kerja bersama-sama, kan beda kalau masing-masing kerja, tapi kalau kerja bersama itu kan koordinasi," jelas dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Mamuju: Wakil Presiden (
Wapres) Ma'ruf Amin menyebut terdapat beberapa persoalan yang menyebabkan Sulawesi Barat (Sulbar) menjadi salah satu daerah dengan prevalensi angka
stunting tertinggi mencapai 35 persen. Salah satunya, fenomena perkawinan di bawah umur yang sangat tinggi di
Sulawesi Barat.
Wapres mengatakan banyak ulama yang tidak melarang perkawinan di bawah umur. Namun, dia menegaskan fenomena itu harus dilihat dari kemaslahatannya.
"Mengawinkan anak di bawah umur menurut penelitian tidak maslahat," ujar Ma'ruf saat memimpin saat memimpin rapat koordinasi (rakor) percepatan penuruan stunting di Grand Maleo Hotel dan Convention, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis, 23 Februari 2023.
Selain dapat menambah anak stunting, kata Ma'ruf, perkawinan anak rentan berujung pada perceraian dini. Menurut dia, perlu ada gerakan pencegahan perkawinan anak.
Ma'ruf menilai hal itu dapat dimulai dari para ulama atau pemuka agama. Selain itu, lanjut dia, perlu ada edukasi khusus pencegahan stunting bagi pasangan yang hendak menikah.
"Pendidikan pelatihan pra nikah, orang itu sudah diberikan (pendidikan) supaya anaknya tidak stunting," jelas dia.
Wapres juga menyebut anggaran yang tidak tepat sasaran ikut berkontribusi menghambat penanganan stunting. Dia menilai anggaran lebih banyak digunakan untuk program-program yang tidak memiliki dampak langsung terhadap stunting.
"Mungkin Pak (Penjabat) Gubernur (Sulbar Akmal Malik) harus di (fokuskan) lagi anggarannya, supaya anggaran stunting ini memang untuk penanggulangan stunting," tegas dia.
Ma'ruf juga mengingatkan jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat untuk menghilangkan ego sektoral. Penanganan stunting harus melibatkan seluruh elemen masyarakat yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah.
"Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, kan kita bukan sama-sama kerja, tapi kerja bersama-sama, kan beda kalau masing-masing kerja, tapi kalau kerja bersama itu kan koordinasi," jelas dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)