Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia bisa menjadi teladan dalam penanganan perubahan iklim. Sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki arti strategis menangani perubahan iklim.
"Posisi strategis tersebut kami gunakan untuk berkontribusi. Deforestasi di Indonesia dapat ditekan ke titik terendah dalam 20 tahun terakhir. Indonesia juga telah melakukan rehabilitasi 3 juta hektare lahan kritis pada 2010-2019,” ujar Jokowi dalam KTT G20 sesi II dengan topik 'Perubahan iklim, energi, dan lingkungan hidup' di Roma, Italia, Minggu, 31 Oktober 2021.
Kepala Negara menjabarkan sejumlah kebijakan pemerintah terkait perbaikan lingkungan yang dinilai sudah memberikan hasil optimal. Salah satunya sinergi pengawasan titik-titik api yang mampu menurunkan angka kebakaran hutan hingga 82 persen dibandingkan dengan tahun sebelumya.
Selain itu, program-program yang telah menurunkan tingkat deforestasi secara signifikan. Bahkan, menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir.
Indonesia berkomitmen menerapkan pembangunan berbasis rendah karbon dan teknologi hijau dengan membangun industri hijau di Kalimantan Utara.
(Baca: Jokowi: Indonesia Berkomitmen Menurunkan Emisi Sesuai Perjanjian Paris)
Jokowi menyebut penanganan perubahan iklim dan lingkungan hidup harus dilakukan dengan bekerja sama dalam tindakan nyata. G20 harus bisa memberi contoh kepada dunia. Seluruh anggota harus bekerja sama mengelola lingkungan secara berkelanjutan.
"G20 harus menjadi katalisator pemulihan hijau dan memastikan tidak ada satu pihak pun yang tertinggal. Tidak boleh ada yang saling menyalahkan," ucap Jokowi.
Jokowi menuturkan penyelesaian masalah perubahan iklim harus berjalan beriringan dengan penanganan berbagai tantangan global lainnya, seperti pengentasan kemiskinan dan pencapaian target SDGs. Lagi, Jokowi mencontohkan kebijakan yang telah dilakukan Indonesia.
Pemerintah menargetkan 'Net Sink Carbon' sektor lahan dan hutan selambat-lambatnya pada 2030 dan 'Net Zero' pada 2060 atau lebih cepat. Kawasan 'Net Zero' sudah mulai dikembangkan dalam bentuk Industri Kawasan Hijau seluas 13.200 hektare. Kawasan itu sepenuhnya akan menggunakan energi baru terbarukan dan menghasilkan 'green product'.
“Tata kelola yang baik di tingkat global untuk penerapan 'carbon pricing' juga perlu segera dijalankan agar sesuai dengan tujuan Persetujuan Paris dan memberikan insentif bagi partisipasi swasta dengan memperhatikan kapabilitas dan kondisi tiap negara. Saat ini Indonesia sedang dalam tahap akhir penyelesaian regulasi mengenai carbon pricing untuk mendukung pemenuhan komitmen target NDCs,” jelas Presiden.
Jakarta: Presiden Joko Widodo (
Jokowi) menyebut Indonesia bisa menjadi teladan dalam penanganan
perubahan iklim. Sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki arti strategis menangani perubahan iklim.
"Posisi strategis tersebut kami gunakan untuk berkontribusi. Deforestasi di Indonesia dapat ditekan ke titik terendah dalam 20 tahun terakhir. Indonesia juga telah melakukan rehabilitasi 3 juta hektare lahan kritis pada 2010-2019,” ujar Jokowi dalam
KTT G20 sesi II dengan topik 'Perubahan iklim, energi, dan lingkungan hidup' di Roma, Italia, Minggu, 31 Oktober 2021.
Kepala Negara menjabarkan sejumlah kebijakan pemerintah terkait perbaikan lingkungan yang dinilai sudah memberikan hasil optimal. Salah satunya sinergi pengawasan titik-titik api yang mampu menurunkan angka kebakaran hutan hingga 82 persen dibandingkan dengan tahun sebelumya.
Selain itu, program-program yang telah menurunkan tingkat deforestasi secara signifikan. Bahkan, menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir.
Indonesia berkomitmen menerapkan pembangunan berbasis rendah karbon dan teknologi hijau dengan membangun industri hijau di Kalimantan Utara.
(Baca:
Jokowi: Indonesia Berkomitmen Menurunkan Emisi Sesuai Perjanjian Paris)
Jokowi menyebut penanganan perubahan iklim dan lingkungan hidup harus dilakukan dengan bekerja sama dalam tindakan nyata. G20 harus bisa memberi contoh kepada dunia. Seluruh anggota harus bekerja sama mengelola lingkungan secara berkelanjutan.
"G20 harus menjadi katalisator pemulihan hijau dan memastikan tidak ada satu pihak pun yang tertinggal. Tidak boleh ada yang saling menyalahkan," ucap Jokowi.
Jokowi menuturkan penyelesaian masalah perubahan iklim harus berjalan beriringan dengan penanganan berbagai tantangan global lainnya, seperti pengentasan kemiskinan dan pencapaian target SDGs. Lagi, Jokowi mencontohkan kebijakan yang telah dilakukan Indonesia.
Pemerintah menargetkan 'Net Sink Carbon' sektor lahan dan hutan selambat-lambatnya pada 2030 dan 'Net Zero' pada 2060 atau lebih cepat. Kawasan 'Net Zero' sudah mulai dikembangkan dalam bentuk Industri Kawasan Hijau seluas 13.200 hektare. Kawasan itu sepenuhnya akan menggunakan energi baru terbarukan dan menghasilkan 'green product'.
“Tata kelola yang baik di tingkat global untuk penerapan 'carbon pricing' juga perlu segera dijalankan agar sesuai dengan tujuan Persetujuan Paris dan memberikan insentif bagi partisipasi swasta dengan memperhatikan kapabilitas dan kondisi tiap negara. Saat ini Indonesia sedang dalam tahap akhir penyelesaian regulasi mengenai carbon pricing untuk mendukung pemenuhan komitmen target NDCs,” jelas Presiden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)