Jakarta: Gerakan Literasi Nasional harus mendapat dukungan penuh semua pihak. Hal itu diperlukan untuk menumbuhkan minat baca di seluruh Indonesia sejak dini.
"Bila tidak segera melakukan langkah-langkah yang strategis dalam meningkatkan literasi anak bangsa, kita akan sulit bersaing di masa datang," kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat melalui keterangan tertulis, Senin, 11 Juli 2022.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu menyebut budaya literasi Indonesia sangat rendah. Hal itu terlihat pada survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA).
Survei yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 itu, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara. Atau, 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Lestari pun menyampaikan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbud Ristek, beberapa waktu lalu mengirimkan lebih dari 2,5 juta eksemplar buku pengayaan pendukung ke empat wilayah yang termasuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Yakni Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
Namun, hal itu dinilai tidak cukup. Indonesia butuh lebih banyak buku dan bahan bacaan. Serta atmosfer membaca yang lebih kental lagi di lingkungan generasi muda
"Membangun budaya membaca tidak bisa hanya berfokus pada ketersediaan buku dan bahan bacaan semata," ungkap dia.
Selain itu, diperlukan langkah lewat penerapan program belajar. Sehingga, mampu membangun budaya membaca sejak dini.
Keterlibatan masyarakat dan dunia usaha juga sangat diperlukan. Keterlibatan semua pihak bisa dalam bentuk menjamin keberlangsungan penyebaran buku dan program memasifkan membaca.
"Sehingga, sejumlah langkah untuk meningkatkan literasi anak bangsa bisa segera membuahkan hasil, demi mewujudkan daya saing bangsa di masa datang," ujar dia.
Jakarta: Gerakan Literasi Nasional harus mendapat dukungan penuh semua pihak. Hal itu diperlukan untuk menumbuhkan minat baca di seluruh Indonesia sejak dini.
"Bila tidak segera melakukan langkah-langkah yang strategis dalam meningkatkan literasi anak bangsa, kita akan sulit bersaing di masa datang," kata Wakil Ketua MPR
Lestari Moerdijat melalui keterangan tertulis, Senin, 11 Juli 2022.
Anggota Majelis Tinggi
Partai NasDem itu menyebut budaya literasi Indonesia sangat rendah. Hal itu terlihat pada survei yang dilakukan
Program for International Student Assessment (PISA).
Survei yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 itu, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara. Atau, 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Lestari pun menyampaikan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbud Ristek, beberapa waktu lalu mengirimkan lebih dari 2,5 juta eksemplar buku pengayaan pendukung ke empat wilayah yang termasuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Yakni Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
Namun, hal itu dinilai tidak cukup. Indonesia butuh lebih banyak buku dan bahan bacaan. Serta atmosfer membaca yang lebih kental lagi di lingkungan generasi muda
"Membangun budaya membaca tidak bisa hanya berfokus pada ketersediaan buku dan bahan bacaan semata," ungkap dia.
Selain itu, diperlukan langkah lewat penerapan program belajar. Sehingga, mampu membangun budaya membaca sejak dini.
Keterlibatan masyarakat dan dunia usaha juga sangat diperlukan. Keterlibatan semua pihak bisa dalam bentuk menjamin keberlangsungan penyebaran buku dan program memasifkan membaca.
"Sehingga, sejumlah langkah untuk meningkatkan
literasi anak bangsa bisa segera membuahkan hasil, demi mewujudkan daya saing bangsa di masa datang," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)