Jakarta: Pemerintah diminta mengevaluasi kebijakan ekonomi pada 2022. Pertumbuhan ekonomi diyakini tidak akan tumbuh signifikan jika kebijakannya tetap sama dengan tahun ini.
"Tetap saja kita tidak akan memiliki lompatan yang dimiliki negara lain," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Hendri Saparini melalui diskusi Refleksi Akhir Tahun 2021, Persatuan dan Solidaritas Nasional yang dilaksanakan secara virtual, Sabtu, 18 Desember 2021.
Dia menyampaikan perbaikan ekonomi sudah terjadi pada tahun ini. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia paling maksimal hanya empat persen.
"Tapi 4 persen dari kondisi porak poranda sebenarnya kita belum kembali," kata dia.
Jika tidak ada evaluasi, kata dia, perekonomian Indonesia tetap akan tumbuh. Namun, maksimal hanya lima persen.
Baca: Pengendalian Pandemi Jadi Kunci Pertahankan Momentum Pemulihan Ekonomi
Menurut dia, kondisi tersebut sangat tidak wajar. Pasalnya, perekonomian Indonesia sangat ditopang dengan konsumsi domestik.
"Kalau yang disuruh berhenti itu Jakarta yang lain masih bisa bergerak. Tapi kenapa saat Jakarta berhenti yang lain juga ikut berhenti," ujar dia.
Hal berbeda jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Perkembangan perekonomian negara tetangga tersebut sangat dipengaruhi negara lain.
"Singapura tidak akan hidup kalau tetangganya tidak bergerak," kata dia.
Jakarta: Pemerintah diminta mengevaluasi kebijakan
ekonomi pada 2022.
Pertumbuhan ekonomi diyakini tidak akan tumbuh signifikan jika kebijakannya tetap sama dengan tahun ini.
"Tetap saja kita tidak akan memiliki lompatan yang dimiliki negara lain," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Hendri Saparini melalui diskusi Refleksi Akhir Tahun 2021, Persatuan dan Solidaritas Nasional yang dilaksanakan secara virtual, Sabtu, 18 Desember 2021.
Dia menyampaikan
perbaikan ekonomi sudah terjadi pada tahun ini. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia paling maksimal hanya empat persen.
"Tapi 4 persen dari kondisi porak poranda sebenarnya kita belum kembali," kata dia.
Jika tidak ada evaluasi, kata dia, perekonomian Indonesia tetap akan tumbuh. Namun, maksimal hanya lima persen.
Baca:
Pengendalian Pandemi Jadi Kunci Pertahankan Momentum Pemulihan Ekonomi
Menurut dia, kondisi tersebut sangat tidak wajar. Pasalnya, perekonomian Indonesia sangat ditopang dengan konsumsi domestik.
"Kalau yang disuruh berhenti itu Jakarta yang lain masih bisa bergerak. Tapi kenapa saat Jakarta berhenti yang lain juga ikut berhenti," ujar dia.
Hal berbeda jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Perkembangan perekonomian negara tetangga tersebut sangat dipengaruhi negara lain.
"Singapura tidak akan hidup kalau tetangganya tidak bergerak," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)