Jakarta: Polri diminta mengevaluasi pengamanan demo. Terutama, penggunaan senjata api saat mengawal unjuk rasa masyarakat.
Baca: Polisi Amankan 59 Orang Penolak Tambang Emas di Parigi Moutong
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni menyikapi tewasnya Erfaldi, 21. Erfaldi meregang nyawa usai ditembak timah panas saat unjuk rasa di Desa Tanda, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu, 12 Februari 2022.
"Jadi jangan lagi polisi menggunakan senjata api untuk membubarkan unjuk rasa,” kata Sahroni melalui keterangan tertulis, Senin, 14 Februari 2022.
Bendahara Umum DPP Partai NasDem itu heran dengan oknum aparat yang membawa senjata api saat mengamankan unjuk rasa. Peristiwa ini harus menjadi pembelajaran bagi seluruh aparat keamanan.
"Apapun alasannya, perlu diingat bahwa masyarakat punya hak bersuara dan berpendapat, jangan sampai mereka harus membayar itu dengan nyawa," tegas dia.
Sahroni mengingatkan senjata api hanya digunakan untuk tindakan kriminal. Bukan untuk menghadapi pengunjuk rasa yang menyampaikan aspirasi mereka.
"Pengunjuk rasa bukan musuh, mereka saudara sedarah kita yang sedang menyalurkan aspirasinya," ungkap dia.
Sahroni meyakini Polda Sulteng maupun Propam Polri bakal menyelesaikan kasus ini secara terbuka sesuai aturan. Hingga saat ini, sudah ada empat petugas yang diperiksa atas dugaan pelanggaran disiplin.
“Kita saatnya kita pantau terus kinerja polisi dalam mengusut kasusnya, dan memastikan agar kejadian yang sama tidak terulang lagi,” ujar dia.
Erfaldi tewas saat terjadi bentrokan antara pedemo dengan pihak keamanan saat membubarkan unjuk rasa pada Sabtu, 12 Februari 2022. Unjuk rasa dilakukan warga karena memprotes tambang emas PT Trio Kencana di Parigi Moutung, Sulteng.
Kapolda Sulteng Irjen Rudy Sufahriadi meminta maaf kepada keluarga korban atas kejadian tersebut. Perwira tinggi bintang dua itu memastikan menindak aparat yang terlibat sesuai Peraturan Kapolri.
Jakarta: Polri diminta mengevaluasi pengamanan
demo. Terutama, penggunaan senjata api saat mengawal unjuk rasa masyarakat.
Baca:
Polisi Amankan 59 Orang Penolak Tambang Emas di Parigi Moutong
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komisi III
DPR Ahmad Sahroni menyikapi tewasnya Erfaldi, 21. Erfaldi meregang nyawa usai ditembak timah panas saat unjuk rasa di Desa Tanda, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu, 12 Februari 2022.
"Jadi jangan lagi polisi
menggunakan senjata api untuk membubarkan unjuk rasa,” kata Sahroni melalui keterangan tertulis, Senin, 14 Februari 2022.
Bendahara Umum DPP Partai NasDem itu heran dengan oknum aparat yang membawa senjata api saat mengamankan unjuk rasa. Peristiwa ini harus menjadi pembelajaran bagi seluruh aparat keamanan.
"Apapun alasannya, perlu diingat bahwa masyarakat punya hak bersuara dan berpendapat, jangan sampai mereka harus membayar itu dengan nyawa," tegas dia.
Sahroni mengingatkan senjata api hanya digunakan untuk tindakan kriminal. Bukan untuk menghadapi pengunjuk rasa yang menyampaikan aspirasi mereka.
"Pengunjuk rasa bukan musuh, mereka saudara sedarah kita yang sedang menyalurkan aspirasinya," ungkap dia.
Sahroni meyakini Polda Sulteng maupun Propam Polri bakal menyelesaikan kasus ini secara terbuka sesuai aturan. Hingga saat ini, sudah ada empat petugas yang diperiksa atas dugaan pelanggaran disiplin.
“Kita saatnya kita pantau terus kinerja polisi dalam mengusut kasusnya, dan memastikan agar kejadian yang sama tidak terulang lagi,” ujar dia.
Erfaldi tewas saat terjadi bentrokan antara pedemo dengan pihak keamanan saat membubarkan unjuk rasa pada Sabtu, 12 Februari 2022. Unjuk rasa dilakukan warga karena memprotes tambang emas PT Trio Kencana di Parigi Moutung, Sulteng.
Kapolda Sulteng Irjen Rudy Sufahriadi meminta maaf kepada keluarga korban atas kejadian tersebut. Perwira tinggi bintang dua itu memastikan menindak aparat yang terlibat sesuai Peraturan Kapolri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)