Jakarta: Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyampaikan komitmen pemerintah Indonesia menciptakan pelabuhan ramah lingkungan (green ports). Hal ini dilontarkan di Indonesia Pavilion COP26 dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi pada Konferensi Perubahan Iklim Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Glasgow, Skotlandia.
“Sektor transportasi, khususnya di sektor transportasi laut menjadi salah satu kontributor utama perubahan iklim. Perlu dilakukan upaya pengendalian iklim melalui pengelolaan pelabuhan yang ramah lingkungan, demi menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik di daerah pelabuhan,” kata Budi Karya di Jakarta, Rabu, 3 November 2021.
Menurut dia, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mewujudkan pelabuhan ramah lingkungan. Hal ini meliputi meratifikasi Konvensi Internasional Pencegahan Pencemaran dari Kapal (MARPOL Annex VI), penggunaan peralatan listrik dalam bongkar muat, penggunaan truk berbahan bakar gas di pelabuhan, pengembangan aplikasi untuk pendaftaran angkutan barang dari pengirim ke pengangkut, serta penggunaan energi surya di fasilitas pelabuhan, seperti penerangan jalan sel surya dan lampu LED.
Baca: Penumpang Kapal Laut Tak Perlu Menunjukkan Hasil Tes PCR
“Kami berharap aksi mitigasi perubahan iklim di area pelabuhan akan mengurangi emisi secara signifikan dan berkontribusi pada pengurangan gas rumah kaca dari sektor transportasi. Langkah ini menjadi titik awal positif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat di daerah pelabuhan,” ujar dia.
Menhub menyebutkan wilayah Asia dan Afrika diprediksi mengalami peningkatan emisi paling tajam karena pertumbuhan lalu lintas pelabuhan yang signifikan. Di sisi lain, langkah-langkah mitigasi masih terbatas.
Berdasarkan kajian tentang gas rumah kaca dari Organisasi Maritim Internasional (IMO) pada 2020, pelayaran telah mengeluarkan total satu juta ton CO2 pada 2018. Sementara itu, laporan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada 2014 menerangkan sebagian besar emisi pengiriman di pelabuhan akan tumbuh hingga empat kali lipat pada 2050.
Budi Karya menerangkan kondisi ini akan membawa emisi CO2 dari kapal di pelabuhan menjadi 70 juta ton pada 2050 dan emisi NOx hingga 1,3 juta ton. Semua pihak diharapkan dapat mencapai kesepakatan dalam upaya mencapai target global soal emisi.
"Yaitu, mencegah kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 2 derajat Celsius dan bisa menguranginya sebesar 1,5 derajat Celsius," ungkap Budi Karya.
Jakarta:
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyampaikan komitmen pemerintah Indonesia menciptakan pelabuhan ramah lingkungan (
green ports). Hal ini dilontarkan di Indonesia Pavilion COP26 dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi pada Konferensi
Perubahan Iklim Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Glasgow, Skotlandia.
“Sektor transportasi, khususnya di sektor transportasi laut menjadi salah satu kontributor utama perubahan iklim. Perlu dilakukan upaya pengendalian iklim melalui pengelolaan
pelabuhan yang ramah lingkungan, demi menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik di daerah pelabuhan,” kata Budi Karya di Jakarta, Rabu, 3 November 2021.
Menurut dia, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mewujudkan pelabuhan ramah lingkungan. Hal ini meliputi meratifikasi Konvensi Internasional Pencegahan Pencemaran dari Kapal (MARPOL Annex VI), penggunaan peralatan listrik dalam bongkar muat, penggunaan truk berbahan bakar gas di pelabuhan, pengembangan aplikasi untuk pendaftaran angkutan barang dari pengirim ke pengangkut, serta penggunaan energi surya di fasilitas pelabuhan, seperti penerangan jalan sel surya dan lampu LED.
Baca:
Penumpang Kapal Laut Tak Perlu Menunjukkan Hasil Tes PCR
“Kami berharap aksi mitigasi perubahan iklim di area pelabuhan akan mengurangi emisi secara signifikan dan berkontribusi pada pengurangan gas rumah kaca dari sektor transportasi. Langkah ini menjadi titik awal positif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat di daerah pelabuhan,” ujar dia.
Menhub menyebutkan wilayah Asia dan Afrika diprediksi mengalami peningkatan emisi paling tajam karena pertumbuhan lalu lintas pelabuhan yang signifikan. Di sisi lain, langkah-langkah mitigasi masih terbatas.
Berdasarkan kajian tentang gas rumah kaca dari Organisasi Maritim Internasional (IMO) pada 2020, pelayaran telah mengeluarkan total satu juta ton CO2 pada 2018. Sementara itu, laporan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada 2014 menerangkan sebagian besar emisi pengiriman di pelabuhan akan tumbuh hingga empat kali lipat pada 2050.
Budi Karya menerangkan kondisi ini akan membawa emisi CO2 dari kapal di pelabuhan menjadi 70 juta ton pada 2050 dan emisi NOx hingga 1,3 juta ton. Semua pihak diharapkan dapat mencapai kesepakatan dalam upaya mencapai target global soal emisi.
"Yaitu, mencegah kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 2 derajat Celsius dan bisa menguranginya sebesar 1,5 derajat Celsius," ungkap Budi Karya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)