medcom.id, Jakarta: Duta Antihoax Komaruddin Hidayat menilai, masyarakat Indonesia lebih senang menonton televisi ketimbang membaca. Faktor ini bisa dimanfaatkan untuk memberikan edukasi dalam memerangi hoax melalui televisi.
Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan, ada beberapa aspek yang bisa dilibatkan dalam mengedukasi masyarakat, seperti pendidikan, agama, dan media. Ia pun mencontohkan edukasi terhadap keluarga berencana dulu.
Baca: Kemenkominfo: Ada 43 Ribu Situs Media Abal-abal Beredar
Saat itu, media massa dan televisi ikut aktif dalam mengampanyekan program keluarga berencana. Hasilnya dapat dilihat, program itu terbilang sukses pada masanya.
"TV dan media massa harus ikut mengedukasi, jangan hanya bicara rating saja tapi ambil bagian dari pendidikan ini," kata Komaruddin di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (8/1/2017).
Baca: Blokir Bukan Satu-satunya Jalan Tangani Berita Hoax
Komaruddin meminta, televisi harus selektif dalam menampilkan berita. Tak hanya berpegang kepada media, Komaruddin juga meminta masyarakat tak sembrono dalam menyebarkan berita.
Kata dia, berita yang diperoleh harus diteliti kembali kebenarannya. Masyarakat harus terbiasa menyertakan sumber berita asli yang akan disebarkan.
"Sebab kita punya nalar sehat, kalau ini diberitakan apa akan merugikan seseorang dan masyarakat? Kalau iya, ya ditahan dulu," kata Komaruddin.
Komaruddin mengatakan, penyebaran berita bohong sama saja dengan menyebar fitnah. "Kita ingin masyarakat yang sehat, ada kejujuran, solidaritas. Kalau hoax itu kan melanggar ham juga," tegas dia.
medcom.id, Jakarta: Duta Antihoax Komaruddin Hidayat menilai, masyarakat Indonesia lebih senang menonton televisi ketimbang membaca. Faktor ini bisa dimanfaatkan untuk memberikan edukasi dalam memerangi hoax melalui televisi.
Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan, ada beberapa aspek yang bisa dilibatkan dalam mengedukasi masyarakat, seperti pendidikan, agama, dan media. Ia pun mencontohkan edukasi terhadap keluarga berencana dulu.
Baca: Kemenkominfo: Ada 43 Ribu Situs Media Abal-abal Beredar
Saat itu, media massa dan televisi ikut aktif dalam mengampanyekan program keluarga berencana. Hasilnya dapat dilihat, program itu terbilang sukses pada masanya.
"TV dan media massa harus ikut mengedukasi, jangan hanya bicara rating saja tapi ambil bagian dari pendidikan ini," kata Komaruddin di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (8/1/2017).
Baca: Blokir Bukan Satu-satunya Jalan Tangani Berita Hoax
Komaruddin meminta, televisi harus selektif dalam menampilkan berita. Tak hanya berpegang kepada media, Komaruddin juga meminta masyarakat tak sembrono dalam menyebarkan berita.
Kata dia, berita yang diperoleh harus diteliti kembali kebenarannya. Masyarakat harus terbiasa menyertakan sumber berita asli yang akan disebarkan.
"Sebab kita punya nalar sehat, kalau ini diberitakan apa akan merugikan seseorang dan masyarakat? Kalau iya, ya ditahan dulu," kata Komaruddin.
Komaruddin mengatakan, penyebaran berita bohong sama saja dengan menyebar fitnah. "Kita ingin masyarakat yang sehat, ada kejujuran, solidaritas. Kalau hoax itu kan melanggar ham juga," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)