Jakarta: Menteri Agama Fachrul Razi membeberkan alasan peniadaan penyelenggaraan ibadah haji 1441 Hijriah atau 2020. Waktu karantina terkait pandemi virus korona (covid-19) menjadi salah satu pertimbangannya.
"Kalau dalam situasi sekarang, ada semacam isolasi atau karantina 14 hari pada saat sebelum ke Arab Saudi dan sampai di sana juga karantina 14 hari," kata Fachrul dalam program Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk 'Untold Story di Balik Batal Haji 2020', Minggu, 7 Juni 2020.
Rentang waktu 28 hari tersebut dinilai tidak cukup jika menilik dari jadwal keberangkatan kloter pertama calon haji. Kloter pertama rencananya berangkat pada 26 Juni 2020.
"Itu jadwal seharusnya. Begitu sampai di sana (seharusnya) sudah masuk ke dalam rangkaian ibadah. Mestinya sebelum 1 Juni (diberangkatkan)," ujar Fachrul.
Fachrul menegaskan Kementerian Agama (Kemenag) juga telah berupaya melakukan berbagai hal untuk memastikan pelaksanaan ibadah haji. Kemenag terus berkomunikasi dengan otoritas Kerajaan Arab Saudi.
"Dengan Kerajaan Arab Saudi intens sekali, setiap hari ada. Kemudian juga kami kadang-kadang tidak percaya kepada informasi beredar dan membuat konten video call (mengenai) bagaimana situasi di sana," jelas Fachrul.
Petugas Kemenag juga telah mengecek sejumlah titik lokasi pelaksanaan rukun Islam kelima itu. Pemantauan dilakukan untuk memastikan persiapan haji dari Kerajaan Arab Saudi.
"Kami berangkatkan tim, masih di sana belum kembali. Memang ada tanda-tanda, tapi tidak signifikan. Untuk tanggal 31 Mei ada pembukaan Masjid Nabawi, tapi Masjidil Haram belum. Belum ada tanda-tanda lain," ujar Fachrul.
Baca: Calhaj tak Berencana Tarik Setoran Lunas BPIH
Pemerintah memutuskan tak memberangkatkan Haji 2020. Keputusan ini diambil atas pertimbangan berbagai hal.
Ibadah dinilai sangat mungkin terganggu bila haji dilaksanakan di tengah situasi kasus covid-19 yang masih terus bertambah di Arab Saudi maupun Indonesia. Kemenag memastikan keputusan ini paling tepat demi kemaslahatan jemaah dan petugas.
Pemerintah juga tak punya banyak waktu untuk melakukan persiapan, terutama dalam pelayanan dan perlindungan jemaah. Pasalnya, pihak Arab Saudi belum membuka akses bagi negara manapun.
Jakarta: Menteri Agama Fachrul Razi membeberkan alasan peniadaan penyelenggaraan ibadah haji 1441 Hijriah atau 2020. Waktu karantina terkait pandemi virus korona (covid-19) menjadi salah satu pertimbangannya.
"Kalau dalam situasi sekarang, ada semacam isolasi atau karantina 14 hari pada saat sebelum ke Arab Saudi dan sampai di sana juga karantina 14 hari," kata Fachrul dalam program
Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk '
Untold Story di Balik Batal Haji 2020', Minggu, 7 Juni 2020.
Rentang waktu 28 hari tersebut dinilai tidak cukup jika menilik dari jadwal keberangkatan kloter pertama calon haji. Kloter pertama rencananya berangkat pada 26 Juni 2020.
"Itu jadwal seharusnya. Begitu sampai di sana (seharusnya) sudah masuk ke dalam rangkaian ibadah. Mestinya sebelum 1 Juni (diberangkatkan)," ujar Fachrul.
Fachrul menegaskan Kementerian Agama (Kemenag) juga telah berupaya melakukan berbagai hal untuk memastikan pelaksanaan ibadah haji. Kemenag terus berkomunikasi dengan otoritas Kerajaan Arab Saudi.
"Dengan Kerajaan Arab Saudi intens sekali, setiap hari ada. Kemudian juga kami kadang-kadang tidak percaya kepada informasi beredar dan membuat konten
video call (mengenai) bagaimana situasi di sana," jelas Fachrul.
Petugas Kemenag juga telah mengecek sejumlah titik lokasi pelaksanaan rukun Islam kelima itu. Pemantauan dilakukan untuk memastikan persiapan haji dari Kerajaan Arab Saudi.
"Kami berangkatkan tim, masih di sana belum kembali. Memang ada tanda-tanda, tapi tidak signifikan. Untuk tanggal 31 Mei ada pembukaan Masjid Nabawi, tapi Masjidil Haram belum. Belum ada tanda-tanda lain," ujar Fachrul.
Baca: Calhaj tak Berencana Tarik Setoran Lunas BPIH
Pemerintah memutuskan tak memberangkatkan Haji 2020. Keputusan ini diambil atas pertimbangan berbagai hal.
Ibadah dinilai sangat mungkin terganggu bila haji dilaksanakan di tengah situasi kasus covid-19 yang masih terus bertambah di Arab Saudi maupun Indonesia. Kemenag memastikan keputusan ini paling tepat demi kemaslahatan jemaah dan petugas.
Pemerintah juga tak punya banyak waktu untuk melakukan persiapan, terutama dalam pelayanan dan perlindungan jemaah. Pasalnya, pihak Arab Saudi belum membuka akses bagi negara manapun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(AZF)