Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi. (Branda Antara)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi. (Branda Antara)

Cakupan Imunisasi Anjlok Selama Pandemi Covid-19 Jadi Pemicu KLB

Antara • 20 Maret 2023 17:57
Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap cakupan imunisasi polio anjlok selama pandemi covid-19. Sehingga jadi pemicu Kejadian Luar Biasa (KLB) di sejumlah daerah.
 
"KLB polio terjadi, karena sejak pandemi covid-18 di tahun 2020, 2021, 2022, cakupan imunisasi dasar lengkap turun ke 40-50 persen. Selama berpuluh-puluh tahun, itu 80-90 persen," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi  di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin, 20 Maret 2023.
 
Dia menjelaskan Indonesia telah memasuki tahap eradikasi polio, yakni angka kasus harus ditekan sampai nol di seluruh daerah. Namun, akibat cakupan imunisasi polio yang turun, imunitas kelompok yang telah dibangun berpuluh-tahun lewat imunisasi rutin jadi melemah.

Kemenkes melaporkan terdapat sejumlah kasus polio di Indonesia. Antara lain satu kasus di Purwakarta, Jawa Barat, dan tiga kasus di Pidie, Aceh.
 
"Pada 2020, Indonesia masih aman, karena herd immunity-nya masih ada. Di 2021 sudah turun, di tambah lagi ada anak baru yang lahir dan belum divaksinasi," ujar dia.
Baca: 20 Orang Kontak Erat Pasien Polio di Purwakarta Ditelusuri

Pada 2023,  Kemenkes kembali menggencarkan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Kemenkes telah menyusun strategi untuk menggalakkan imunisasi rutin pada anak untuk memberikan perlindungan dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
 
Pertama, menambah tiga jenis imunisasi rutin pada anak yang sebelumnya 11 vaksin, termasuk polio, menjadi 14 vaksin. Vaksin yang ditambahkan adalah vaksin Rotavirus untuk anti diare dan vaksin PCV untuk anti pneumonia yang ditargetkan untuk anak, serta vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks.
 
Vaksin itu diberikan untuk anak kelas 5 dan 6 SD untuk mencegah potensi kanker serviks saat anak menjadi dewasa. Target akselerasi program BIAN dan BIAS di Pulau Jawa-Bali mencapai 90 persen. Khusus di luar Jawa-Bali, berkisar antara 80 persen peserta.
 
"Kami lihat dulu cakupan vaksinasinya. Yang pasti kalau ada KLB langsung outbreak respons immunization (ORI), jadi seluruh anak langsung diberi vaksinasi," kata dia.
Baca: 62.207 Anak di Pidie Aceh Sudah Mendapatkan Imunisasi Polio

Salah satu tantangan yang masih dihadapi dalam program BIAN dan BIAS adalah penolakan dari keluarga. Seperti ketakutan pada efek samping, isu halal dan haram produk vaksin.
 
"Sebagian besar vaksin memang halal, tapi ada campuran measles rubella (MR) itu yang belum ada fatwanya. karena memang enggak tersedia jenis vaksinnya," ungkap dia.
 
Selain itu ada juga informasi yang salah tentang vaksin untuk anak. Antara lain  mengenai gambar hoaks dan lain sebagainya.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan