Jakarta: Sebanyak lebih dari tiga ribu bencana terjadi di Indonesia. Ribuan bencana itu tercatat pada periode 1 Januari 2022 hingga 12 Desember 2022.
"Sebanyak 3.350 kali kejadian bencana terjadi di Tanah Air. Artinya, dalam satu hari ada empat hingga lima bencana yang terjadi," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Suharyanto dalam keterangan tertulis, Rabu, 14 November 2022.
Menurut dia, kolaborasi menjadi kunci penting menghadapi bencana lantaran memengaruhi hajat hidup masyarakat. Suharyanto mengatakan Indonesia menjadi laboratorium bencana. Sebab, seluruh jenis bencana pernah terjadi di Indonesia.
Menurut Suharyanto, tuntutan dan tanggung jawab penanggulangan bencana semakin kompleks dan dinamis. Hal itu ditambah adanya perubahan karakteristik bencana.
"Hal tersebut menuntut adanya sinergitas karena penanggulangan bencana tidak bisa hanya dilakukan oleh BNPB," papar dia.
Suharyanto menyebut BNPB selalu bersinergi dan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan. Terutama di setiap tahap penanggulangan bencana.
Dia mencontohkan banjir di Sintang, Kalimantan Barat, pada 2021 yang terjadi selama satu bulan. Pihaknya menggandeng Kementerian Perumahan Umum dan Rakyat (KemenPUPR) untuk membangun tanggul dan waduk di sekitar Sungai Kapuas.
"Sempat terjadi banjir lagi, namun tidak sampai satu bulan. Artinya sinergitas dan upaya mitigasi tersebut berhasil," ujar dia.
Jakarta: Sebanyak lebih dari tiga ribu
bencana terjadi di Indonesia. Ribuan bencana itu tercatat pada periode 1 Januari 2022 hingga 12 Desember 2022.
"Sebanyak 3.350 kali kejadian bencana terjadi di Tanah Air. Artinya, dalam satu hari ada empat hingga lima bencana yang terjadi," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (
BNPB) Letjen Suharyanto dalam keterangan tertulis, Rabu, 14 November 2022.
Menurut dia, kolaborasi menjadi kunci penting menghadapi bencana lantaran memengaruhi hajat hidup masyarakat. Suharyanto mengatakan Indonesia menjadi laboratorium bencana. Sebab, seluruh jenis bencana pernah terjadi di Indonesia.
Menurut Suharyanto, tuntutan dan tanggung jawab
penanggulangan bencana semakin kompleks dan dinamis. Hal itu ditambah adanya perubahan karakteristik bencana.
"Hal tersebut menuntut adanya sinergitas karena penanggulangan bencana tidak bisa hanya dilakukan oleh BNPB," papar dia.
Suharyanto menyebut BNPB selalu bersinergi dan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan. Terutama di setiap tahap penanggulangan bencana.
Dia mencontohkan banjir di Sintang, Kalimantan Barat, pada 2021 yang terjadi selama satu bulan. Pihaknya menggandeng Kementerian Perumahan Umum dan Rakyat (KemenPUPR) untuk membangun tanggul dan waduk di sekitar Sungai Kapuas.
"Sempat terjadi banjir lagi, namun tidak sampai satu bulan. Artinya sinergitas dan upaya mitigasi tersebut berhasil," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)