GoTo, Jalan Terang untuk Bangkit Bersama di Kala Pandemi
Nur Azizah • 19 November 2021 20:33
Jakarta: Ponsel milik Dedi Raharjo tiba-tiba bergetar. Ia buru-buru membaca pesan WhatsApp yang belum semenit masuk ke gawainya.
“Besok semua kumpul, setelah restoran tutup,” kata Dedi meniru bunyi pesan itu.
Pesan singkat itu datang dari manajer restoran tempat Dedi bekerja. Usai menerima pesan, Dedi mendadak gusar. Senin malam, 30 Maret 2020, semua karyawan restoran Jepang di cabangnya berkumpul sesuai instruksi. Kabar getir pun disampaikan, mereka dipecat.
“Semua karyawan di cabang saya dipecat, ada belasan orang. Restoran juga tutup,” ucap Dedi kepada Medcom.id, Jakarta, Selasa, 16 November 2021.
Pandemi covid-19 jadi biang keroknya. Semua sektor di Indonesia dihajar tanpa ampun. Tak hanya sektor kesehatan, tapi juga pariwisata, pendidikan, apalagi ekonomi.
Kabar pemecatan ini bak petir di siang bolong. Dedi tak punya persiapan, apalagi saat itu jelang Ramadan, dilanjut Lebaran yang biasanya membutuhkan pengeluaran ekstra.
“Awal-awal bingung mau ngapain,” ucapnya.
Pria berusia 30 tahun itu pun nekat, memilih berjualan mie ayam. Marketingnya hanya bermodal iklan mulut ke mulut dan broadcast WhatsApp ke teman-temannya. Ada yang beli, meski tak begitu banyak.
Mencoba peruntungan lebih besar lagi, Dedi memeberanikan diri mendaftarkan usahanya ke GoFood. Layanan pesan antar makanan terbesar di dunia di luar Tiongkok itu memiliki lebih dari 400 ribu merchant.
Dedi tak menemukan kendala saat mendaftar. Cukup mengunduh aplikasi GoBiz. Kemudian siapkan sejumlah data, seperti alamat email, nomor telepon seluler, Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan nomor rekening. Kemudian mengisi formulir yang berisi informasi identitas pemilik, informasi usaha, dan outlet.
Baca: Go Digital, GoTo Kawal Pertumbuhan UMKM
“Kalau semua formulir sudah terisi, tinggal tunggu. Nanti diverifikasi dulu sama tim GoBiz. Kalau sudah, baru bisa jualan. Gampang daftarnya. Enggak perlu ke luar rumah,” ujar dia.
Berkat GoFood, bisnis Kuliner yang dijajakan Dedi secara digital itu mulai berkembang. Tak berhenti sampai di situ, kuliner yang ia jual makin beragam. Chicken katsu, sushi, rice bowl, dan lain-lain masuk dalam menu terbaru.
Jangkauan penikmat ‘warung’ yang menggunakan merek Monggo Pinarak 21 ini makin luas. Omzet yang diterima cukup memenuhi keseharian Dedi dan keluarga.
“Ya Alhamdulillah, kadang kalau lupa mematikan akun, jam 2 pagi masih ada yang order. Pernah juga subuh-subuh ada yang pesan,” ucapnya.
Tak hanya Dedi, Wahid Nurrohman juga salah satu dari sederet pejuang di situasi sulit ini. Pandemi membuat perusahaannya goyah. Perusahaan yang bergerak di bidang engineering itu tak mampu memperpanjang kontrak ia dan beberapa rekan kerjanya.
Hal ini tentu sangat berdampak pada peronomian keluarganya. Ia tak bisa lagi mengandalkan gaji bulanan. Wahid terpaksa memutar otak, memaksimalkan usaha yang sebelumya pernah ia rintis. Jual beli pakaian bekas. Ia mulai mendaftarkan Kabanju sebagai nama tokonya itu ke Tokopedia.
“Tadinya Cuma jualan di Instagram saja, karena banyak calon buyer yang belum trust, akhirnya pilih buka di marketplace. Selain itu, juga supaya jangkauannya lebih luas. Peluang barang yang terjual semakin besar,” ucap Wahid kepada Medcom.id, Selasa, 17 November 2021.
Tokopedia menjadi andalan Wahid agar Kabanju semakin dikenal. Apalagi, marketplace yang diluncurkan 17 Agustus 2009 ini sudah menjangkau 99 persen kecamatan di Indonesia.
Platform digital ini juga paling akrab di masyarakat. Berdasarkan survei Tempo Data Science (TDS) pada Juli 2021, Tokopedia berada di posisi puncak. Dari sisi kualitas top of mind (TOM), e-commers yang paling dikenal ialah Tokopedia dengan presentase 35 persen.
Menempel di posisi berikutnya adalah Shopee 34 persen, diikuti Bukalapak 13 persen, Lazada 7 persen, Blibli 7 persen, dan JD.ID 3 persen.
Bangkit Bersama GoTo
Pandemi covid-19 menjadi pukulan telak bagi seluruh sektor di Tanah Air. Banyak perusahaan terseok-seok ketika harus mengubah sistem bisnis mereka tiba-tiba. Perusahaan yang tak memiliki aset digital mumpuni mau tak mau gulung tikar.
Alhasil, PHK di mana-mana. Masyarakat dipaksa mencari solusi agar dapur tetap ngebul. Disrupsi teknologi pun menjadi berkah, sebab banyak bisnis yang kemudian hijrah dan bertumpu pada dunia digital.
Berdasakan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang terhubung digital selama covid-19 mencapai 16,4 juta. Jumlah ini meningkat pesat dari yang sebelumnya 8-10 juta per tahun.
Dari 16,4 juta UMKM, 250 ribu di antaranya memilih mengembangkan usahanya di GoFood. Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan mereka berbondong-bondong bergabung di GoFood selama covid-19.
Baca: GoJek dan Kemenkop UKM Dorong Pelatihan Ribuan UMKM
Total ada satu juta UMKM kuliner sudah bergabung. Transaksi 250 ribu UMKM yang baru bergabung diklaim meningkat.
Sementara itu, CEO Grup GoTo dan CEO GoTo Financial Andre Soelistyo mengatakan untuk menghadapi masa kritis dibutuhkan kolaborasi antara pelaku UMKM, pemerintah, dan swasta. Kolaborasi untuk memaksimalkan UMKM bisa go digital.
"Dari semangat kolaborasi dan resilience (ketangguhan) itu kami memikirkan bagaimana GoTo bisa berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi," tutur Andre dalam diskusi virtual, Kamis, 30 September 2021.
Keinginan berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi membuat GoTo menginisiasi gerakan 'Bangkit Bersama GoTo Dukung Pemulihan Ekonomi Indonesia'. Fokusnya, menjembatani para UMKM di Indonesia melalui digital.
Gojek dan Tokopedia ingin memajukan UMKM. Khususnya produk dalam negeri dari masyarakat lokal. Denyut nadi Gojek atau GoFood itu selalu hyperlocal, yaitu memperkerjakan dan menghubungkan pengusaha setempat dengan permintaan dari masyarakat setempat.
Tak hanya Dedi, Wahid Nurrohman juga salah satu dari sederet pejuang di situasi sulit ini. Pandemi membuat perusahaannya goyah. Perusahaan yang bergerak di bidang
engineering itu tak mampu memperpanjang kontrak ia dan beberapa rekan kerjanya.
Hal ini tentu sangat berdampak pada peronomian keluarganya. Ia tak bisa lagi mengandalkan gaji bulanan. Wahid terpaksa memutar otak, memaksimalkan usaha yang sebelumya pernah ia rintis. Jual beli pakaian bekas. Ia mulai mendaftarkan Kabanju sebagai nama tokonya itu ke
Tokopedia.
“Tadinya Cuma jualan di
Instagram saja, karena banyak calon
buyer yang belum
trust, akhirnya pilih buka di
marketplace. Selain itu, juga supaya jangkauannya lebih luas. Peluang barang yang terjual semakin besar,” ucap Wahid kepada
Medcom.id, Selasa, 17 November 2021.
Tokopedia menjadi andalan Wahid agar Kabanju semakin dikenal. Apalagi,
marketplace yang diluncurkan 17 Agustus 2009 ini sudah menjangkau 99 persen kecamatan di Indonesia.
Platform digital ini juga paling akrab di masyarakat. Berdasarkan survei Tempo Data Science (TDS) pada Juli 2021, Tokopedia berada di posisi puncak. Dari sisi kualitas
top of mind (TOM),
e-commers yang paling dikenal ialah Tokopedia dengan presentase 35 persen.
Menempel di posisi berikutnya adalah Shopee 34 persen, diikuti Bukalapak 13 persen, Lazada 7 persen, Blibli 7 persen, dan JD.ID 3 persen.
Bangkit Bersama GoTo
Pandemi covid-19 menjadi pukulan telak bagi seluruh sektor di Tanah Air. Banyak perusahaan terseok-seok ketika harus mengubah sistem bisnis mereka tiba-tiba. Perusahaan yang tak memiliki aset digital mumpuni mau tak mau gulung tikar.
Alhasil, PHK di mana-mana. Masyarakat dipaksa mencari solusi agar dapur tetap ngebul. Disrupsi teknologi pun menjadi berkah, sebab banyak bisnis yang kemudian hijrah dan bertumpu pada
dunia digital.
Berdasakan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) yang terhubung digital selama covid-19 mencapai 16,4 juta. Jumlah ini meningkat pesat dari yang sebelumnya 8-10 juta per tahun.
Dari 16,4 juta UMKM, 250 ribu di antaranya memilih mengembangkan usahanya di GoFood. Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan mereka berbondong-bondong bergabung di GoFood selama covid-19.
Baca:
GoJek dan Kemenkop UKM Dorong Pelatihan Ribuan UMKM
Total ada satu juta UMKM kuliner sudah bergabung. Transaksi 250 ribu UMKM yang baru bergabung diklaim meningkat.
Sementara itu, CEO Grup
GoTo dan CEO GoTo Financial Andre Soelistyo mengatakan untuk menghadapi masa kritis dibutuhkan kolaborasi antara pelaku UMKM, pemerintah, dan swasta. Kolaborasi untuk memaksimalkan UMKM bisa go digital.
"Dari semangat kolaborasi dan resilience (ketangguhan) itu kami memikirkan bagaimana GoTo bisa berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi," tutur Andre dalam diskusi virtual, Kamis, 30 September 2021.
Keinginan berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi membuat GoTo menginisiasi gerakan 'Bangkit Bersama GoTo Dukung Pemulihan Ekonomi Indonesia'. Fokusnya, menjembatani para UMKM di Indonesia melalui digital.
Gojek dan Tokopedia ingin memajukan UMKM. Khususnya produk dalam negeri dari masyarakat lokal. Denyut nadi Gojek atau GoFood itu selalu hyperlocal, yaitu memperkerjakan dan menghubungkan pengusaha setempat dengan permintaan dari masyarakat setempat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)