Jakarta: Evaluasi kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dianggap penting untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan. Jika dinilai tak efektif, maka hal tersebut bisa didukung aturan lain.
"PSSB ini dinilai seberapa berhasil. Tetapi angkanya kejadian setiap hari bertambah berarti ini belum berhasil. Sehari curva harus mendaftar atau flat artinya penularan menurun dan berkurang," kata pakar kesehatan Handrawan Nadesul kepada Media Indonesia, Rabu, 29 April 2020.
Baca: 40 Masjid di Jakarta Masih Gelar Salat Tarawih
Menurut dia, protokol pencegahan penyebaran korona (covid-19) harus lebih tegas sesuai saran organisasi kesehatan dunia (WHO). Sebab saat ini upaya penanggulangan covid-19 sering dilanggar masyarakat.
"Mereka tidak sepenuhnya memahami bagaimana penularan terjadi. Nah ini yang kurang, karena mengimbau saja itu kurang kuat," kata dia.
Hendrawan menyebut, hampir semua melanggar PSBB. Dia mencontohkan level masyakarat kota di Jakarta yang melanggar. Artinya mereka tidak memahami sepenuhnya bagaimana penularan covid-19 terjadi.
Penularan, kata dia, bisa melalui pakaian. Dan metode penularan itu tak sepenuhnya diketahui masyarakat. Sehingga pemerintah diminta melakukan edukasi menyeluruh terkait hal ini.
Dia menjelaskan apabila penerapan PSBB dinilai gagal tentunya harus ditambahkan dengan penindakan atau hukuman kepada pelanggar. Seperti Tiongkok, Vietnam, Korea Selatan, dan India yang menghukum masyarakat yang melanggar.
"Kalau diimbau saja enggak mau sadar mungkin dengan cara yang lebih keras, yakni hukum," paparnya.
Jika cara tersebut tak juga efektif, maka harus ada screening serentak di zona merah. Mengingat potensi penularan sangat besar di sana.
Jakarta: Evaluasi kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dianggap penting untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan. Jika dinilai tak efektif, maka hal tersebut bisa didukung aturan lain.
"PSSB ini dinilai seberapa berhasil. Tetapi angkanya kejadian setiap hari bertambah berarti ini belum berhasil. Sehari curva harus mendaftar atau flat artinya penularan menurun dan berkurang," kata pakar kesehatan Handrawan Nadesul kepada
Media Indonesia, Rabu, 29 April 2020.
Baca: 40 Masjid di Jakarta Masih Gelar Salat Tarawih
Menurut dia, protokol pencegahan penyebaran korona (covid-19) harus lebih tegas sesuai saran organisasi kesehatan dunia (WHO). Sebab saat ini upaya penanggulangan covid-19 sering dilanggar masyarakat.
"Mereka tidak sepenuhnya memahami bagaimana penularan terjadi. Nah ini yang kurang, karena mengimbau saja itu kurang kuat," kata dia.
Hendrawan menyebut, hampir semua melanggar PSBB. Dia mencontohkan level masyakarat kota di Jakarta yang melanggar. Artinya mereka tidak memahami sepenuhnya bagaimana penularan covid-19 terjadi.
Penularan, kata dia, bisa melalui pakaian. Dan metode penularan itu tak sepenuhnya diketahui masyarakat. Sehingga pemerintah diminta melakukan edukasi menyeluruh terkait hal ini.
Dia menjelaskan apabila penerapan PSBB dinilai gagal tentunya harus ditambahkan dengan penindakan atau hukuman kepada pelanggar. Seperti Tiongkok, Vietnam, Korea Selatan, dan India yang menghukum masyarakat yang melanggar.
"Kalau diimbau saja enggak mau sadar mungkin dengan cara yang lebih keras, yakni hukum," paparnya.
Jika cara tersebut tak juga efektif, maka harus ada screening serentak di zona merah. Mengingat potensi penularan sangat besar di sana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)