Jakarta: Kerusuhan 22 Mei dinilai berpengaruh terhadap pengusaha retail. Terutama pada titik kerusuhan, yakni Tanah Abang, Sarinah, Grand Indonesia, Plaza Indonesia, dan Thamrin City.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Suryani S Motik, memperkirakan para pengusaha mengalami kerugian hingga ratusan miliar rupiah pada hari itu.
"Mungkin hari itu harusnya Rp500 miliar transaksi. Lebih sedih lagi di bulan puasa saat penjualan besar," ujarnya, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu, 25 Mei 2019.
Suryani menyimpulkan hal tersebut berdasarkan multiplayer effect. Di mana orang yang seharusnya berbelanja mengurungkan niat.
"Misalnya orang dari kota datang ke Jakarta jadi enggak jadi belanja. Mereka cuma di hotel. Kan ini multiplayer effect," jelas Suryani.
Baca juga: Mencermati Harga Bahan Pokok di Akhir Ramadan
Media sosial yang turut diblokir juga memperparah kerugian. Banyak pengusaha via media daring gagal merampungkan penjualan.
"Itu memengaruhi UKM. Yang biasa jualan lewat Facebook kebutuhan lebaran enggak bisa. Kan (sinyal) lambat enggak bisa unggah gambar. Juga terhadap perputaran ekonomi jelang lebaran. Sayang sekali," ungkapnya.
Lebih lanjut, demo yang berakhir ricuh juga disebut memiliki dampak jangka panjang. Pasalnya, diperkirakan ada rasa khawatir di masyarakat untuk kembali berbelanja di Jakarta.
"Kalau efek di wilayahnya pasti kekhawatiran orang. Tanah Abang bukan hanya untuk lokal tapi juga internasional. Kalau mereka merasa enggak aman, enggak jadi ke Indonesia," kata dia
Suryani meminta pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan pelaku ekonomi di Indonsia. Pemerintah harus menciptakan suasana kondusif sesegera mungkin.
"Kalau berapa lama efeknya, tergantung pemerintah meyakinkan. Ada demo seperti yang lalu, kita tapi harus bisa jamin enggak akan terjadi rusuh. Kalau kita mampu tunjukkan aman, dalam waktu 1 minggu, meski ada demo akan kurang pengaruhnya," pungkasnya.
Jakarta: Kerusuhan 22 Mei dinilai berpengaruh terhadap pengusaha retail. Terutama pada titik kerusuhan, yakni Tanah Abang, Sarinah, Grand Indonesia, Plaza Indonesia, dan Thamrin City.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Suryani S Motik, memperkirakan para pengusaha mengalami kerugian hingga ratusan miliar rupiah pada hari itu.
"Mungkin hari itu harusnya Rp500 miliar transaksi. Lebih sedih lagi di bulan puasa saat penjualan besar," ujarnya, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu, 25 Mei 2019.
Suryani menyimpulkan hal tersebut berdasarkan multiplayer effect. Di mana orang yang seharusnya berbelanja mengurungkan niat.
"Misalnya orang dari kota datang ke Jakarta jadi enggak jadi belanja. Mereka cuma di hotel. Kan ini multiplayer effect," jelas Suryani.
Baca juga:
Mencermati Harga Bahan Pokok di Akhir Ramadan
Media sosial yang turut diblokir juga memperparah kerugian. Banyak pengusaha via media daring gagal merampungkan penjualan.
"Itu memengaruhi UKM. Yang biasa jualan lewat Facebook kebutuhan lebaran enggak bisa. Kan (sinyal) lambat enggak bisa unggah gambar. Juga terhadap perputaran ekonomi jelang lebaran. Sayang sekali," ungkapnya.
Lebih lanjut, demo yang berakhir ricuh juga disebut memiliki dampak jangka panjang. Pasalnya, diperkirakan ada rasa khawatir di masyarakat untuk kembali berbelanja di Jakarta.
"Kalau efek di wilayahnya pasti kekhawatiran orang. Tanah Abang bukan hanya untuk lokal tapi juga internasional. Kalau mereka merasa enggak aman, enggak jadi ke Indonesia," kata dia
Suryani meminta pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan pelaku ekonomi di Indonsia. Pemerintah harus menciptakan suasana kondusif sesegera mungkin.
"Kalau berapa lama efeknya, tergantung pemerintah meyakinkan. Ada demo seperti yang lalu, kita tapi harus bisa jamin enggak akan terjadi rusuh. Kalau kita mampu tunjukkan aman, dalam waktu 1 minggu, meski ada demo akan kurang pengaruhnya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)