Jakarta: Data pasien hepatitis akut per 21 Mei 2022 bertambah satu pasien. Total, ada 14 pasien dengan status pending classification dan masih dirawat.
"Per tanggal 21 Mei 2022 Pukul 16.00 WIB satu probable, 13 pending classification, dan 0 pasien epi-linked. Adapun status pasien empat meninggal (satu probable, tiga pending classification), dan sisanya yakni 10 pasien masih dirawat," kata Juru Bicara Kementrian Kesehatan Mohammad Syahril saat dikonfirmasi, Sabtu, 21 Mei 2022.
Status probable artinya pasien mengalami hepatitis akut dengan virus bukan dari Hepatitis A-E. Kemudian Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) di atas 500 internasional unit per liter (IU/L), usia pasien kurang dari 16 tahun, dan kasus ditemukan sejak 1 Oktober 2022.
Baca: Kemenkes Sebut Kemungkinan Hepatitis Akut Menjadi Pandemi Kecil
Untuk definisi status Epi-Linked yakni pasien mengalami hepatitis akut dengan virus bukan dari Hepatitis A-E, dengan berbagai usia, dan mengalami kontak erat dengan kasus probable yang ditemukan sejak 1 Oktober 2022.
Sementara jika hasil serologi hepatitis A-E belum ada, tetapi kriteria lain terpenuhi maka dapat dilaporkan ke WHO dan akan diklasifikasikan sebagai pending classification.
Syahril mewanti-wanti orang tua tetap waspada apabila anak menunjukkan gejala awal hepatitis akut. Contohnya seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dan disertai demam ringan.
"Apabila muncul gejala awal jangan panik dan segera bawa anak ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lanjutan. Serta jangan menunggu muncul gejala lanjutan seperti kuning agar tidak terlambat," ujar Syahril.
Jakarta: Data pasien
hepatitis akut per 21 Mei 2022 bertambah satu pasien. Total, ada 14 pasien dengan status
pending classification dan masih dirawat.
"Per tanggal 21 Mei 2022 Pukul 16.00 WIB satu
probable, 13
pending classification, dan 0 pasien
epi-linked. Adapun status pasien empat meninggal (satu
probable, tiga
pending classification), dan sisanya yakni 10 pasien masih dirawat," kata Juru Bicara Kementrian Kesehatan Mohammad Syahril saat dikonfirmasi, Sabtu, 21 Mei 2022.
Status
probable artinya pasien mengalami
hepatitis akut dengan virus bukan dari Hepatitis A-E. Kemudian Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) di atas 500 internasional unit per liter (IU/L), usia pasien kurang dari 16 tahun, dan kasus ditemukan sejak 1 Oktober 2022.
Baca:
Kemenkes Sebut Kemungkinan Hepatitis Akut Menjadi Pandemi Kecil
Untuk definisi status
Epi-Linked yakni pasien mengalami hepatitis akut dengan virus bukan dari Hepatitis A-E, dengan berbagai usia, dan mengalami kontak erat dengan kasus
probable yang ditemukan sejak 1 Oktober 2022.
Sementara jika hasil serologi hepatitis A-E belum ada, tetapi kriteria lain terpenuhi maka dapat dilaporkan ke WHO dan akan diklasifikasikan sebagai
pending classification.
Syahril mewanti-wanti orang tua tetap waspada apabila
anak menunjukkan gejala awal hepatitis akut. Contohnya seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dan disertai demam ringan.
"Apabila muncul gejala awal jangan panik dan segera bawa anak ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lanjutan. Serta jangan menunggu muncul gejala lanjutan seperti kuning agar tidak terlambat," ujar Syahril.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ADN)