Jakarta: Anthrax atau antraks merupakan salah satu penyakit infeksi menular dari hewan ternak. Seseorang dapat terkena penyakit antraks jika menyentuh atau memakan daging hewan yang terkena antraks.
Dilansir dari alodokter, setiap tahunnya ada 2.000-20.000 kasus antraks pada manusia terjadi. Penyakit ini umumnya terjadi di negara berkembang dan yang kurang berkembang. Perlu diketahui bahwa antraks merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan kematian.
Antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang hidup di tanah. Bakteri ini dapat menyerang hewan pemakan rumput, seperti sapi, kambing, domba, dan kuda.
Cara penularan antraks
Berdasarkan cara penularannya, antraks terbagi dalam tiga jenis, yaitu antraks kulit yang menular pada orang yang memiliki luka terbuka di kulit. Penularan terjadi ketika seseorang menyentuh kulit, bulu, tulang, atau daging hewan yang terinfeksi. Namun, ada kemungkinan bahwa seseorang juga dapat terinfeksi anthrax kulit dari kontak dengan luka di kulit penderita antraks.
Kemudian ada antraks pencernaan, proses penularan ketika seseorang memakan daging hewan yang sudah terinfeksi atau mati akibat antraks, terutama yang dimasak kurang matang. Gejala antraks pencernaan umumnya muncul 1–7 hari setelah paparan bakteri.
Lalu yang ketiga antraks pernapasan. Seseorang dapat terinfeksi antraks pernapasan jika menghirup serbuk (spora) dari bakteri antraks, misalnya ketika memproses bulu atau kulit dari hewan ternak. Infeksi akibat anthrax pernapasan biasanya baru berkembang setelah 7 hari hingga 2 bulan sesudah paparan terhadap spora.
Orang yang berisiko terinfeksi antraks
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi antraks khususnya mereka yang aktivitasnya berdekatan dengan hewan.
Berikut ini orang-orang dengan risiko tinggi terinfeksi antraks:
- Bekerja di tempat pengolahan kulit, bulu, atau daging dari hewan ternak
- Berprofesi sebagai peternak atau pengurus hewan
- Bekerja sebagai peneliti antraks di laboratorium
- Berprofesi sebagai dokter hewan, khususnya yang menangani hewan ternak
- Beraktivitas di kawasan dengan kasus antraks yang tinggi.
Jakarta:
Anthrax atau
antraks merupakan salah satu penyakit infeksi menular dari
hewan ternak. Seseorang dapat terkena penyakit antraks jika menyentuh atau memakan daging hewan yang terkena antraks.
Dilansir dari
alodokter, setiap tahunnya ada 2.000-20.000 kasus antraks pada manusia terjadi. Penyakit ini umumnya terjadi di negara berkembang dan yang kurang berkembang. Perlu diketahui bahwa antraks merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan kematian.
Antraks disebabkan oleh bakteri
Bacillus anthracis yang hidup di tanah. Bakteri ini dapat menyerang hewan pemakan rumput, seperti sapi, kambing, domba, dan kuda.
Cara penularan antraks
Berdasarkan cara penularannya, antraks terbagi dalam tiga jenis, yaitu antraks kulit yang menular pada orang yang memiliki luka terbuka di kulit. Penularan terjadi ketika seseorang menyentuh kulit, bulu, tulang, atau daging hewan yang terinfeksi. Namun, ada kemungkinan bahwa seseorang juga dapat terinfeksi anthrax kulit dari kontak dengan luka di kulit penderita antraks.
Kemudian ada antraks pencernaan, proses penularan ketika seseorang memakan daging hewan yang sudah terinfeksi atau mati akibat antraks, terutama yang dimasak kurang matang. Gejala antraks pencernaan umumnya muncul 1–7 hari setelah paparan bakteri.
Lalu yang ketiga antraks pernapasan. Seseorang dapat terinfeksi antraks pernapasan jika menghirup serbuk (spora) dari bakteri antraks, misalnya ketika memproses bulu atau kulit dari hewan ternak. Infeksi akibat anthrax pernapasan biasanya baru berkembang setelah 7 hari hingga 2 bulan sesudah paparan terhadap spora.
Orang yang berisiko terinfeksi antraks
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi antraks khususnya mereka yang aktivitasnya berdekatan dengan hewan.
Berikut ini orang-orang dengan risiko tinggi terinfeksi antraks:
- Bekerja di tempat pengolahan kulit, bulu, atau daging dari hewan ternak
- Berprofesi sebagai peternak atau pengurus hewan
- Bekerja sebagai peneliti antraks di laboratorium
- Berprofesi sebagai dokter hewan, khususnya yang menangani hewan ternak
- Beraktivitas di kawasan dengan kasus antraks yang tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)