Ilustrasi. Foto: Pexels
Ilustrasi. Foto: Pexels

Kemenkes Catat Kasus Infeksi Sifilis Melonjak, Banyak Menyerang Ibu Rumah Tangga dan Anak-anak

MetroTV • 12 Mei 2023 14:54
Jakarta: Kementerian Kesehatan mencatat terjadinya lonjakan kasus infeksi menular seksual sifilis yang menyerang ibu rumah tangga dan anak-anak. Menurut Kemenkes, lonjakan kasus ini terjadi karena minimnya proses screening yang dilakukan oleh ibu hamil semasa kehamilan.
 
Data Kemenkes mencatat dari tahun 2016-2022 terjadi peningkatan kasus sifilis sebesar hampir 70% dari sebelumnya 12 ribu kasus meningkat jadi 21 ribu kasus.
 
Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, mengatakan bahwa bayi dan ibu hamil merupakan kaum rentan yang dapat tertular sifilis, sehingga perlu adanya screening dan juga edukasi kepada laki-laki yang dulunya aktif berhubungan seksual.

"Ini sebetulnya fenomena masyarakat ya di mana ibu-ibu ini kan berhubungan seksual pada suaminya, artinya yang paling menjadi banyak tertular dari suami yang memang bisa menyebabkan penularan di mana dia mendapatkan itu dari luar" ujar Mohammad Syahril dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia Metro TV Jumat,12 Mei 2023.
 
Baca: Bumil Pakai Tabir Surya, Amankah? Ini Penjelasan para Ahli

Menurut Jubir Kemenkes,  gejala sifilis tidak begitu dapat dirasakan lantaran tidak memiliki rasa sakit,melainkan hanya gatal pada bagian area intim. Ia juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat untuk terus memperhatikan kesehatan terutama area kemaluan,terlebih jika pasangan dulunya aktif melakukan hubungan seksual sehingga harus dilakukan upaya screening.
 
"Ada yang disebut sifilis primer, ini ada luka lecet di bagian kelaminya itu, nah itu yang tidak menjadi perhatian bagi sebagian orang karena dia tidak punya gejala sakit, hanya gatal-gatal sedikit di sekitar area kemaluan,  apalagi kalau ada perilaku seksual yang bermasalah, maka itu menjadi perhatian  untuk segera dilakukan screening atau test," tegasnya.
 
Lebih lanjut, Syahril menjelaskan bahwa sifilis bisa disembuhkan dengan pengobatan. Saat menjalani masa pengobatan, dokter akan terus mengevaluasi secara berkala yakni setiap 3 bulan,6 bulan dan seterusnya  sampai benar-benar tidak ada lagi bakteri atau kuman di dalam tubuh orang tersebut.
 
"Kalau dia tahan dengan obat penisilin namanya ya dia disuntik ,ada dosisnya. kemudian kalau dia tidak bisa atau karena alergi dengan obat penisilin, diganti dengan obat doxycyline, dan tentu saja pengobatan ini tidak sekali ,akan dievaluasi,"
 
Laki-laki menjadi salah satu sasaran utama bagi Kemenkes untuk dilakukan screening.Kemenkes juga memberi edukasi, sosialiasi kepada masyarakat dengan kelompok-kelomopok tertentu untuk melakukan pencegahan, seperti harus ada alat pengaman dalam melakukan hubungan seksual supaya tidak menularkan kepada orang lain.
 
"Laki-laki yang mempunyai suatu resiko tinggi ya,untuk itu paling disasar adalah lelaki yang mempunyai perilaku seksual yang sesama jenis, atau yang disebut homoseksual , nah ini salah satu data yang kita terima, bahkan di dunia itu adalah yang tertinggi, jadi pertama memang disasar dulu orang-orang resiko tinggi ini dan kita sebut dengan populasi kunci, yang kedua ibu rumah tangga yang mempunyai hubungan atau berperilaku terhadap laki-laki tersebut," terangnya.
 
Sementara itu, daerah penghasil sifilis terbanyak diantaranya berada di Papua, Jawa Barat ,DKI Jakarta,Papua Barat dan Bali. Angka kenaikan sifilis mencapai 70% dalam kurun waktu lima tahun belakangan yakni dari 2018-2022.
 
(Natania Rizky Ananda)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WAN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan