Jakarta: Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan perbedaan hasil swab test covid-19 (korona) dari positif menjadi negatif bukan hal baru. Perbedaan hasil tes bisa disebabkan berbagai hal.
Wawan menuturkan perbedaan salah satunya disebabkan RNA/protein yang tersisa. Wawan menuturkan jasad renik virus sangat sedikit bahkan mendekati hilang pada treshold sehingga tidak terdeteksi lagi.
"Apalagi subjek tanpa gejala klinis dan dites pada hari yang berbeda. OTG/asimptomatik yang mendekati sembuh berpotensi memiliki fenomena tersebut," kata Wawan dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin, 28 September 2020.
Penyebab kedua, terjadi bias pre-analitik. Pengambilan sampel dilakukan dua orang berbeda, dengan kualitas pelatihan, SOP, dan laboratorium yang berbeda. Sehingga sampel swab sel yang berisi virus covid-19 tidak terambil atau terkontaminasi.
"Ketiga, sensitivitas reagen dapat berbeda terutama untuk pasien yang nilai CQ/CT nya sudah mendekati 40. Dalam kaitan ini, BIN menggunakan reagen Perkin Elmer (Amerika Serikat), A-star Fortitude (Singapura), Wuhan Easy Diag (China)," jelas dia.
Ia mengatakan standar dan sensitivitas reagen ini lebih tinggi dibandingkan merek lain. Faktor tersebut membuat hasil tes swab berbeda.
"Dapat memengaruhi perbedaan uji swab antara lain adalah kondisi peralatan, waktu pengujian, kondisi pasien, dan kualitas test kit. BIN menjamin kondisi peralatan, metode, dan test kit yang digunakan adalah gold standard dalam pengujian sampel covid-19," tutur dia.
Sebelumnya, hasil tes swab yang dilakukan BIN diduga tidak akurat. Hal ini diketahui dari tes usap yang dilakukan terhadap 16 pegawai Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan sejumlah pegawai swasta.
LAN menggelar tes swab kepada 53 personel melalui fasilitas mobil polymerase chain reaction (PCR) milik BIN pada Selasa, 21 Juli 2020. Kepala LAN Adi Suryanto dan 15 orang pegawainya dinyatakan positif.
Adi kaget lantaran tidak merasakan gejala apa pun. Ia dan 15 pegawainya lalu menjalani tes usap ulang di RSPAD Gatot Soebroto keesokan harinya.
"Semuanya negatif dan hasil tes darahnya juga bagus," kata Adi dikutip dari Tempo.co, Senin, 28 September 2020.
Ketidakakuratan tes usap BIN itu juga disebut terjadi di tempat lain. Dua di antaranya stasiun televisi MNC dan TvOne.
Jakarta: Deputi VII Badan Intelijen Negara (
BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan perbedaan hasil
swab test covid-19 (
korona) dari positif menjadi negatif bukan hal baru. Perbedaan hasil tes bisa disebabkan berbagai hal.
Wawan menuturkan perbedaan salah satunya disebabkan RNA/protein yang tersisa. Wawan menuturkan jasad renik virus sangat sedikit bahkan mendekati hilang pada
treshold sehingga tidak terdeteksi lagi.
"Apalagi subjek tanpa gejala klinis dan dites pada hari yang berbeda. OTG/asimptomatik yang mendekati sembuh berpotensi memiliki fenomena tersebut," kata Wawan dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin, 28 September 2020.
Penyebab kedua, terjadi bias pre-analitik. Pengambilan sampel dilakukan dua orang berbeda, dengan kualitas pelatihan, SOP, dan laboratorium yang berbeda. Sehingga sampel
swab sel yang berisi virus covid-19 tidak terambil atau terkontaminasi.
"Ketiga, sensitivitas reagen dapat berbeda terutama untuk pasien yang nilai CQ/CT nya sudah mendekati 40. Dalam kaitan ini, BIN menggunakan reagen Perkin Elmer (Amerika Serikat), A-star Fortitude (Singapura), Wuhan Easy Diag (China)," jelas dia.
Ia mengatakan standar dan sensitivitas reagen ini lebih tinggi dibandingkan merek lain. Faktor tersebut membuat hasil tes
swab berbeda.
"Dapat memengaruhi perbedaan uji
swab antara lain adalah kondisi peralatan, waktu pengujian, kondisi pasien, dan kualitas
test kit. BIN menjamin kondisi peralatan, metode, dan
test kit yang digunakan adalah
gold standard dalam pengujian sampel covid-19," tutur dia.