Jakarta: Yayasan Media Group dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Malang menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk berkolaborasi dalam pembangunan enam sekolah bagi korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). IAI Malang akan menyiapkan desain sekolah.
"Hari ini kita tanda tangan karena penting sebagai tanggung jawab kepada masyarakat. Beliau (Ketua IAI Malang Sahirwan) juga untuk asosiasinya," kata Ketua Yayasan Media Group Ali Sadikin di Kompleks Media Group, Kedoya, Jakarta Barat, Kamis, 15 November 2018.
Menurut dia, pascegempa Lombok Agustus 2018, Yayasan Media Group berhasil mengumpulkan dana masyarakat mencapai Rp20 miliar lebih. Dana sekitar Rp4 miliar hingga Rp5 miliar telah digunakan untuk masa tanggap bencana.
Ali menjelaskan sekolah pembangunan sekolah ini dianggarkan sebesar Rp12 miliar. Fasilitas pendidikan yang dibangun berupa empat sekolah dasar (SD) dan dua madrasah ibtidaiyah yang didirikan di Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
IAI Malang, kata dia, akan membantu Yayasan Media Group dari mulai desain, tender, hingga pengawasan pembangunan sekolah. Bantuan ini pun diberikan secara gratis. "Beliau (Sahirwan) sedekahkan ilmu untuk kebangkitan Lombok," ungkap Ali.
Sahirwan menyebut sekolah ini akan memakai struktur bangunan tahan gempa yang direkomendasikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Struktur bernama rumah instan sederhana sehat (risha) ini dinilai dapat dibangun cepat dan murah.
Baca: Dubes Negara Sahabat Tinjau Kawasan Gempa NTB
Sementara itu, untuk dinding bangunan, IAI Malang bakal menggunakan panel dengan desain khusus. Panel nantinya dapat dibangun bersamaan dengan pengerjaan struktur bangunan sehingga dapat memangkas waktu.
Panel, jelas Sahirwan, juga bakal memanfaatkan botol mineral bekas di sisi-sisinya sebagai sirkulasi udara. Hal ini dipercaya juga bisa membuat udara di dalam ruangan tetap sejuk. Ini mengingat suhu di Lombok cukup panas.
"Kalau angin terlalu keras, tinggal ditutup. Dengan panel, ada prinsip tahan bencana. Murah cepat. Tidak lebih dari tiga bulan selesai," jelas dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/RkjRy4Ek" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Yayasan Media Group dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Malang menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk berkolaborasi dalam pembangunan enam sekolah bagi korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). IAI Malang akan menyiapkan desain sekolah.
"Hari ini kita tanda tangan karena penting sebagai tanggung jawab kepada masyarakat. Beliau (Ketua IAI Malang Sahirwan) juga untuk asosiasinya," kata Ketua Yayasan Media Group Ali Sadikin di Kompleks Media Group, Kedoya, Jakarta Barat, Kamis, 15 November 2018.
Menurut dia, pascegempa Lombok Agustus 2018, Yayasan Media Group berhasil mengumpulkan dana masyarakat mencapai Rp20 miliar lebih. Dana sekitar Rp4 miliar hingga Rp5 miliar telah digunakan untuk masa tanggap bencana.
Ali menjelaskan sekolah pembangunan sekolah ini dianggarkan sebesar Rp12 miliar. Fasilitas pendidikan yang dibangun berupa empat sekolah dasar (SD) dan dua madrasah ibtidaiyah yang didirikan di Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
IAI Malang, kata dia, akan membantu Yayasan Media Group dari mulai desain, tender, hingga pengawasan pembangunan sekolah. Bantuan ini pun diberikan secara gratis. "Beliau (Sahirwan) sedekahkan ilmu untuk kebangkitan Lombok," ungkap Ali.
Sahirwan menyebut sekolah ini akan memakai struktur bangunan tahan gempa yang direkomendasikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Struktur bernama rumah instan sederhana sehat (risha) ini dinilai dapat dibangun cepat dan murah.
Baca: Dubes Negara Sahabat Tinjau Kawasan Gempa NTB
Sementara itu, untuk dinding bangunan, IAI Malang bakal menggunakan panel dengan desain khusus. Panel nantinya dapat dibangun bersamaan dengan pengerjaan struktur bangunan sehingga dapat memangkas waktu.
Panel, jelas Sahirwan, juga bakal memanfaatkan botol mineral bekas di sisi-sisinya sebagai sirkulasi udara. Hal ini dipercaya juga bisa membuat udara di dalam ruangan tetap sejuk. Ini mengingat suhu di Lombok cukup panas.
"Kalau angin terlalu keras, tinggal ditutup. Dengan panel, ada prinsip tahan bencana. Murah cepat. Tidak lebih dari tiga bulan selesai," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)