Kelompok terbang (kloter) pertama Debarkasi Surabaya mendarat di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaag. (Dok: Humas PPIH Embarkasi Surabaya)
Kelompok terbang (kloter) pertama Debarkasi Surabaya mendarat di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaag. (Dok: Humas PPIH Embarkasi Surabaya)

Jalan Kaki dan Bersepeda Bantu Jaga Kebugaran usai Ibadah Haji

Putri Purnama Sari • 02 Juli 2024 16:23
Jakarta: Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) imbau para jemaah haji yang baru tiba di Tanah Air untuk melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki dan bersepeda untuk membantu kebugaran fisik usai menjalankan rangkaian ibadah haji.
 
 Ketua Umum Pengurus Pusat Perdokhi Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR, MARS, AIFO–K mengatakan olahraga ringan ini sangat penting agar tubuh tidak kaget akibat lama duduk di dalam pesawat maupun usai melakukan kegiatan haji yang panjang.
 
“Usai mengikuti haji, kita bisa melakukan olahraga yang intensitas kekuatannya rendah. Misalnya dia bisa berjalan kaki atau melakukan bersepeda statik di rumah tanpa adanya pembebanan yang tinggi,” kata Syarief mengutip dari Antara, Selasa, 2 Juli 2024.
 
Baca juga: 66 Ribu Lebih Jemaah Haji Tiba di Tanah Air

Pada olahraga berjalan kaki, Syarief menyarankan jemaah dapat melakukannya secara perlahan di tempat yang aman dan melingkar dibandingkan berbukit atau banyak turunan. Lokasi itu baik bagi penderita yang memiliki komorbid seperti penyakit paru-paru atau penyakit jantung.

Sementara itu, bagi jemaah haji yang lebih senang melakukan olahraga di dalam rumah, mengayuh sepeda statis dapat dijadikan pilihan yang tepat karena tidak memerlukan banyak gerakan dan berpindah dalam satu waktu. 
 
Tak hanya itu, Syarief menyebut jenis olahraga lain yang juga dapat dilakukan di rumah adalah aerobik dengan intensitas gerakan yang rendah sampai sedang untuk kelenturan semua sendi pada tubuh.
 
Baca juga: Banyak Jemaah Haji Diare, Timwas Sorot Layanan Konsumsi Tak Penuhi Standar 

Untuk olahraga lain seperti yoga dan Zumba, Syarief menilai jemaah dapat melakukannya dengan catatan bagi penderita komorbid harus disesuaikan dengan kondisinya masing-masing.
 
“Tergantung pada komorbiditasnya, tergantung jenis komorbidnya. Kalau komorbidnya karena hipertensi ataupun diabetes harus disesuaikan dengan pola minum obatnya, aktivitasnya, apakah dia memang sudah stabil atau belum tergantung dari komorbid,” lanjutnya.
 
Begitu pula dengan penderita asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan penderita hipertensi.
 
“Bagaimanapun harus diukur dulu nadinya, dia harus belajar menghitung nadi, mengenali diri sendiri terhadap kemampuan intensitas fisiknya. Apabila nadinya sudah beranjak naik dia harus beristirahat sejenak, jangan sampai lebih dari 120 dan (pemeriksaan) itu bisa dilakukan secara mandiri,” tambahnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan