MGN Summit Indonesia 2021: Publick Heath-Vaccine What to Expect varian baru virus covid-19. (Foto: Ilustrasi/Unsplash.com)
MGN Summit Indonesia 2021: Publick Heath-Vaccine What to Expect varian baru virus covid-19. (Foto: Ilustrasi/Unsplash.com)

Epidemiolog: Pemerintah Harus Ubah Persepsi Soal Bahaya Varian Delta

Media Indonesia.com • 04 Agustus 2021 20:52
Jakarta: Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunis Miko Wahyono, menyebut ada sejumlah faktor yang membuat pergeseran risiko kematian akibat covid-19 dari populasi lanjut usia ke kelompok usia produktif. Salah satunya, persepsi yang salah terhadap bahaya varian  B.1.617.2 atau varian Delta.
 
"Virus covid-19 sebelumnya memang menyebabkan kematian paling tinggi di usia 55 tahun ke atas. Tapi varian delta itu menyerang kelompok umur," kata Tri Yunis saat dihubungi, Rabu, 4 Agustus 2021.
 
Karena menyerang semua kelompok umur, kata dia, risiko kematian juga bisa menyasar siapa saja. Dia sepakat jika ada anggapan usia produktif lebih tinggi mobilitasnya yang membuat mereka terpapar.

Namun, dia menilai pemerintah masih beranggapan varian delta sama dengan varian lainnya. Hal ini dilihat dari proteksi dan berbagai kebijakan yang dilakukan.
 
"Selama ini pemerintah, satgas semua menyamakan. Padahal semua negara punya persepsi yang membahayakan, Singapura lockdown karena varian delta. Persepsi ini yang harus diubah," kata dia.
 
Baca: Satgas Covid-19: Vaksinasi Tak Sebabkan Mutasi Virus
 
Sebelumnya, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan kecenderungan pergeseran risiko kematian akibat covid-19 dari lanjut usia ke kelompok masyarakat berusia produktif. Kematian pada kelompok produktif melonjak.
 
Hal itu berdasarkan laju kasus kematian akibat covid-19 dalam kurun Juni hingga Juli 2021. Rata-rata angka kematian mencapai 1.582 orang per hari.
 
Kasus kematian tidak didominasi kelompok lansia di atas 60 tahun. Namun, dialami kelompok usia 46-59 tahun. Angka kematian melonjak hampir lima kali lipat dari 2.500 menjadi 13.000.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan