Jakarta: Masyarakat yang khawatir terinfeksi virus korona (covid-19) diminta menjalani tes cepat atau rapid test lebih dulu. Pasalnya, jumlah alat tes real time polymerase chain reaction (RT-PCR) yang lebih presisi masih terbatas.
“Rapid test jadi pemindai untuk dilakukan tes selanjutnya. Jadi tidak semuanya dilanjutkan ke tes RT-PCR,” kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Selasa 5 Mei 2020.
Wiku menjelaskan rapid test bisa mendeteksi antibodi yang melawan virus korona. Antibodi muncul setelah orang tersebut terpapar korona sehingga menimbulkan gejala.
“Misalnya batuk dan demam. Di situ letak fungsi rapid test yang bisa mendeteksi antibodi,” ujar dia.
Wiku menyebut keunggulan rapid test yakni hasilnya bisa diketahui dalam waktu singkat. Namun, tingkat sensitivitas rapid test hanya 60 hingga 80 persen.
Sementara itu, RT-PCR memiliki keunggulan yaitu tingkat sensitivitas mencapai 95 persen. Metode ini, kata Wiku, menjadi standar utama pengecekan korona di dunia.
Baca: BPPT Bakal Uji 10 Ribu Alat Rapid Test Lokal
Namun, fasilitas ini masih terbatas di Indonesia. Selain itu, metode ini harus dilakukan laboran yang benar-benar ahli.
Wiku mendorong masyarakat menggunakan rapid test lebih dulu. Dia menilai hal itu penting agar penggunaan RT-PCR tepat sasaran.
Jakarta: Masyarakat yang khawatir terinfeksi virus korona (
covid-19) diminta menjalani tes cepat atau
rapid test lebih dulu. Pasalnya, jumlah alat tes
real time polymerase chain reaction (RT-PCR) yang lebih presisi masih terbatas.
“
Rapid test jadi pemindai untuk dilakukan tes selanjutnya. Jadi tidak semuanya dilanjutkan ke tes RT-PCR,” kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Selasa 5 Mei 2020.
Wiku menjelaskan
rapid test bisa mendeteksi antibodi yang melawan virus korona. Antibodi muncul setelah orang tersebut terpapar korona sehingga menimbulkan gejala.
“Misalnya batuk dan demam. Di situ letak fungsi
rapid test yang bisa mendeteksi antibodi,” ujar dia.
Wiku menyebut keunggulan
rapid test yakni hasilnya bisa diketahui dalam waktu singkat. Namun, tingkat sensitivitas
rapid test hanya 60 hingga 80 persen.
Sementara itu, RT-PCR memiliki keunggulan yaitu tingkat sensitivitas mencapai 95 persen. Metode ini, kata Wiku, menjadi standar utama pengecekan korona di dunia.
Baca:
BPPT Bakal Uji 10 Ribu Alat Rapid Test Lokal
Namun, fasilitas ini masih terbatas di Indonesia. Selain itu, metode ini harus dilakukan laboran yang benar-benar ahli.
Wiku mendorong masyarakat menggunakan
rapid test lebih dulu. Dia menilai hal itu penting agar penggunaan RT-PCR tepat sasaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)