Jakarta: Uskup Agung Gereja Katedral Ignatius Suharyo menolak mengomentari perayaan Paskah di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Semua prosesi menurutnya didasari keyakinan masing-masing.
Suharyo menyatakan, dirinya enggan berkomentar lantaran takut membuat keruh suasana. Namun, ia menghargai pilihan pihak-pihak yang merayakan Paskah di Monas.
"Sebaiknya saya enggak bicara mengenai tetangga, karena nanti susah. Kalau gereja lain mau, ya itu keyakinan mereka," ungkap Suharyo di Gereja Katedral Jakarta, Jakarta Pusat, Minggu, 1 April 2018.
Baca: GBI Glow Rayakan Paskah di Monas
Ia mengatakan, dalam ajaran Katolik, ketentuan Misa Paskah seharusnya dilakukan di gereja. Menurut Suharyo, umat Katolik tak mungkin menyelenggarakan peribadatan itu di tanah lapang.
"Yang jelas umat Katolik tak merayakan paskah dengan tata cara seperti itu," paparnya.
Menurutnya, banyak rangkaian prosesi Paskah yang tak bisa digelar di lapangan. Misalnya penempatan ornamen kristus yang tak boleh sembarangan. Harus ada alat tabel naker untuk memasang ornamen-ornamen peribadatan tersebut.
"Tidak akan mungkin merayakan di lapangan besar, karena simbolik Paskah enggak akan terpakai. Simbol paskah itu banyak sekali," kata Haryono.
Baca: Katedral Jakarta Usung Tema Kebhinekaan di Paskah 2018
Seperti diketahui, ribuan jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Glow memadati kawasan Monumen Nasional (Monas) sejak Minggu, 1 April 2018 pagi demi mengikuti perayaan Paskah. Perayaan ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan.
Perayaan Paskah di Monas yang digagas GBI Glow kali ini merupakan yang kedua kalinya. Pertama kali perayaan Paskah yang digelar di Monas terjadi pada 2015.
Jakarta: Uskup Agung Gereja Katedral Ignatius Suharyo menolak mengomentari perayaan Paskah di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Semua prosesi menurutnya didasari keyakinan masing-masing.
Suharyo menyatakan, dirinya enggan berkomentar lantaran takut membuat keruh suasana. Namun, ia menghargai pilihan pihak-pihak yang merayakan Paskah di Monas.
"Sebaiknya saya enggak bicara mengenai tetangga, karena nanti susah. Kalau gereja lain mau, ya itu keyakinan mereka," ungkap Suharyo di Gereja Katedral Jakarta, Jakarta Pusat, Minggu, 1 April 2018.
Baca: GBI Glow Rayakan Paskah di Monas
Ia mengatakan, dalam ajaran Katolik, ketentuan Misa Paskah seharusnya dilakukan di gereja. Menurut Suharyo, umat Katolik tak mungkin menyelenggarakan peribadatan itu di tanah lapang.
"Yang jelas umat Katolik tak merayakan paskah dengan tata cara seperti itu," paparnya.
Menurutnya, banyak rangkaian prosesi Paskah yang tak bisa digelar di lapangan. Misalnya penempatan ornamen kristus yang tak boleh sembarangan. Harus ada alat tabel naker untuk memasang ornamen-ornamen peribadatan tersebut.
"Tidak akan mungkin merayakan di lapangan besar, karena simbolik Paskah enggak akan terpakai. Simbol paskah itu banyak sekali," kata Haryono.
Baca: Katedral Jakarta Usung Tema Kebhinekaan di Paskah 2018
Seperti diketahui, ribuan jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Glow memadati kawasan Monumen Nasional (Monas) sejak Minggu, 1 April 2018 pagi demi mengikuti perayaan Paskah. Perayaan ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan.
Perayaan Paskah di Monas yang digagas GBI Glow kali ini merupakan yang kedua kalinya. Pertama kali perayaan Paskah yang digelar di Monas terjadi pada 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DMR)